Teluk Kiluan dalam Pelukan

Teluk Kiluan Lampung
Teluk Kiluan - Lampung

Virus itu bernama Kiluan!  
Dampak dari dua kali mengikuti festival di Lampung adalah saya jadi terjangkiti virus baru yaitu virus Keliling Lampung! Sumber virusnya berasal dari Festival Krakatau (FK) bulan Agustus 2015 dan  Festival Teluk Semaka (FTS) bulan November 2015. Asyiiik kena virus. 

Sebagaimana umumnya penyakit, kadang hinggap di badan lewat penularan. Virus satu ini justru masuk badan seperti disuntikkan langsung. Jleb! Seperti dihajar habis-habisan. Akibatnya, penyakit jalan-jalan yang sudah ada jadi makin tak tersembuhkan. Tapi untunglah ini jenis penyakit yang bikin hepi. Malah harus disyukuri.  Ayo keliling Lampung. Yuuuuk...  

Baiklah, mari kita berangkat. Kemana? Kemana lagi kalau bukan ke Kiluan. Kenapa harus Kiluan sih? Melihat lumba-lumba di habitatnya, tentu sebuah pengalaman yang tidak biasa. Inilah yang mendorong saya berangkat ke Kiluan.

Teluk Kiluan Lampung
Jalan menuju Kiluan

Tak Urung ke Kiluan

Godaan Kiluan memang kuat. Datangnya dari berbagai arah. Dari Instagram teman-teman Lampung seperti Fajrin, Mas Elvan, dan Mas Teguh. Dari Blog dan Instagram @Kelilinglampung_ juga pastinya. Yang paling banyak dari celotehan dan foto-foto kece yang di-share oleh Mas @yopiefranz, baik di Instagram maupun Twitter-nya.

Tapi, dari semua orang itu, ada yang sudah lebih dulu menebar virus Kiluan ke saya yaitu Eki. Eki ini bukan orang Lampung. Tapi ke saya, dia sudah lakukan itu sejak tahun 2014 hingga kini. Gencar dan tak pernah lelah. Sayangnya, dulu belum ada sesuatu yang membuat saya yakin untuk berangkat ke Kiluan. Sejak dua kali ikut festival di Lampung, semua berubah, saya mulai mau berwisata di Lampung

Bulan Januari 2016, tak ada lagi kata tunda untuk ke Kiluan. Dengan selembar tiket PP Jakarta-Lampung, saya terbang dengan Sriwijaya Air. Ya, mudah sekali sebenarnya mencapai Lampung dari Jakarta. Tinggal terbang selama 25-30 menit di udara, sudah sampai. Atau naik bus Damri dari Gambir, berangkat jam 9 malam, maka jam 5 pagi sudah sampai di Tanjung Karang.  Dari Tanjung Karang tinggal lanjut naik mobil atau motor selama 3 jam ke Kiluan. Sampai deh. Tiket ke Lampung juga terbilang murah. Naik bis sekitar 250 ribuan sekali jalan. Naik pesawat sekitar 270ribuan sekali jalan. Hampir sama ya. Garuda dan Sriwijaya Air kalau sedang promo harganya hampir sama. Pokoknya, ke Lampung itu nggak pakai mahal ongkosnya.
 
Teluk Kiluan Lampung
Ini jalan setelah Pantai Klara. Bagus dan mulus yaaaa....

Akses Mudah ke Kiluan

Dari bandara Radin Intan, saya dijemput dengan mobil. Iya, naik mobil. Bayangan naik motor ke Kiluan seperti yang ditawarkan Fajrin, saya lepaskan dari rencana. Saya yakin tak mungkin lakukan itu karena sadar saya bukan pejalan tangguh yang kuat menghadapi angin, badai, topan, apalagi tsunami hehe. Jadi, saya naik mobil ber-AC bersama teman yang sudah berkali-kali ke Kiluan.

Celoteh demi celoteh selama perjalanan, mungkin bikin ngantuk. Tapi percaya deh, pemandangan yang dilihat selama perjalanan menuju Kiluan sukses bikin mata terang benderang. Mobil yang saya naiki melaju menyusuri pinggiran Lampung yang berbatasan langsung dengan laut. Pemandangan pantai dan pulau-pulau cantik jadi santapan mata sepanjang perjalanan. Sebut saja Pantai Duta Wisata, TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Lempasing, Pantai Queen Artha, Pantai Mutun, Pantai Sari Ringgung, Pantai Kelapa Rapat (klara). Wiiih….rasanya ingin saya singgahi semua tempat itu. Tapi khawatir nanti nggak sampai-sampai ke Kiluan he he.

Ada beberapa kali saya melihat penampakan pulau-pulau kecil yang bertebaran di sekitar perairan yang kami lewati. Salah satu dan duanya, disebut-sebut tak berpenghuni. Bisa didatangi jika mau. Cocok buat yang ingin benar-benar merasakan keheningan sekaligus ketenangan. Kalau saya sih mikirnya itu tempat cocok buat guling-guling seharian. Iyalah..

Terlepas dari semua itu, yang penting adalah perjalanan sejauh 80 km dari Bandar Lampung ke Kiluan menjadi menyenangkan karena akses menuju Kiluan terbilang baik. Jalan aspal hitam, ada juga yang dicor, patut diacungi jempol. Sisanya memang masih ada yang belum bagus, tapi nggak terlalu panjang. Tidak sampai bikin sakit badan apalagi pingsan. Masih bisa diterima dan dijalani.
 
Teluk Kiluan Lampung
Gerbang Teluk Kiluan
Sampai di Kiluan

Setelah tiga jam perjalanan, sampailah kami di Kiluan. Ada gerbang di sebelah kiri jalan bertuliskan “Selamat Datang di Teluk Kiluan Kelumbayan Kab. Tanggamus”. Nah, mobil kami belok kiri, memasuki gerbang tersebut. Sementara, jika terus lurus mengikuti jalan semula, akan sampai ke Pantai Gigi Hiu. Tapi perlu berkendara sekitar 1 jam lagi untuk ke sana. Itu pun mesti naik ojek. Abang ojeknya mesti dipeluk erat, biar tidak jatuh, katanya.


Perjalanan berkendara mobil berakhir di Dusun Kiluan Negeri. Jaraknya sekitar 2-3 kilometer dari gerbang. Mobil dititipkan di rumah Mas Bram, kru yang mengurus cottage tempat saya menginap. Kemudian, perjalanan ke cottage dilanjutkan dengan menyeberangi laut, menggunakan jukung (perahu tradisional Lampung). Jaraknya sekitar 1 kilometer dari Dusun Kiluan Negeri.

Oh ya, sebelum menyeberang saya disarankan untuk ganti baju dulu. Soalnya, naik dan turun jukung kaki bakal basah. Sepatu juga dilepas dan ditinggal di mobil, kecuali sepatu / sandal buat trekking (masukin ke ransel), atau sandal buat jalan di pantai boleh dibawa.   
  
Teluk Kiluan Lampung
Dusun Kiluan Negeri

Teluk Kiluan Lampung
Pantai Dusun Kiluan Negeri

Mas Bram dan jukungnya, siap mengantar saya ke Cottage yang ada di seberang

Saya belum pernah naik jukung. Rasanya deg-degan. Perahunya kecil langsing tapi panjang. Ada rangkaian kayu di kiri dan kanannya, sepertinya buat penyeimbang agar jukung tak mudah karam. Bentuk jukung lancip di ujung bagian depan dan belakang. Katanya bentuk itu dibuat sebagai pemecah gelombang. Buat pemecah masalah bisa nggak mas? #halah

Tak sampai setengah jam saya sudah sampai di Dusun Bandung Jaya, tempat cottage yang dituju berada. Terlihat nyiur melambai, ombak yang berlarian mencucupi bibir pantai, serta pantai landai yang ditutupi pasir putih, seakan menyambut kedatangan kami. Suasana saat itu terlihat begitu sepi. Mas Bram bilang, tempat ini jadi ramai hanya di akhir pekan.
 
Teluk Kiluan Lampung
Cottage-cottage di pinggir pantai, tempat kami menginap

Bagai Punya Pantai Pribadi

Sunyi. Itulah kesan pertama yang saya temui sesampainya di penginapan.

Ada 5 bangunan cottage. Semuanya menghadap ke pantai. 2 cottage berupa bangunan dengan kamar-kamar berjejer. 2 cottage lainnya berupa bagunan berbentuk segi tiga. Masing-masing dengan kapasitas 4-6 orang dan 8-12 orang. Sedang cottage lainnya berupa bangunan lebih besar yang memiliki beberapa kamar di dalamnya. Semuanya dengan kamar mandi di dalam.

Di sini tidak ada listrik. Penerangan menggunakan mesin jenset. Tidak ada AC dan kipas angin. Kamar mandinya sederhana. Kamar tidurnya pun demikian. Tetapi cukup baik untuk istirahat tidur. Ada bantal dan kasur tanpa ranjang. Kemarin, saat hujan sangat deras, beberapa titik di dalam kamar ada tetesan air. Mungkin kebetulan ada lubang di atap seng yang belum sempat diperbaiki. Jika sekedar gerimis, itu tak terjadi. Saat cuaca panas, udara di dalam terasa gerah. Saat malam, udara dingin terasa hingga ke dalam. Kalau punya sleeping bag, boleh juga dibawa. Bisa hangat dan terhindar dari gigitan serangga.  

Teluk Kiluan Lampung
Cottage segi tiga

Teluk Kiluan Lampung
3 kamar

Teluk Kiluan Lampung
Pilihan penginapan lainnya

Di Kiluan memang tidak ada penginapan semacam hotel dan resort. Jadi, jangan berfikir di tempat ini ada penginapan mewah ala-ala hotel berbintang. Kemewahan justru terletak pada udara segar yang bisa dihirup setiap saat. Pemandangan menawan yang bisa dilihat sepanjang waktu; entah itu pantai dengan ombak yang tak henti saling kejar, langit biru saling bertaut dengan laut, burung-burung yang terbang dari dahan ke dahan, hingga pemandangan bawah laut dengan beragam ikan dan terumbu karang.
 
Teluk Kiluan Lampung
Ini penginapan saya

Teluk Kiluan Lampung
Kasur di kamar

Teluk Kiluan Lampung
Kamar dan kamar mandi dalam yang sederhana ^_^
Teluk Kiluan Lampung
Kenalkan, ini Mas Bram dan Mas Irvan :D

Mewah adalah saat bisa telentang di pantai tanpa ada satu pun orang yang mengusik ketenangan. Menyaksikan langit merah menyala seperti terbakar jelang matahari tenggelam. Atau memandang langit penuh taburan bintang saat malam.

Mewah adalah saat bangun tidur telinga disambut suara debur ombak yang tak henti bergemuruh, dan mewah adalah saat wajah baru bangun tidur diusap lembut oleh angin laut yang tak bosan berhembus.

Mewah adalah….. saya dengan apa yang saya deskripsikan tentang kemewahan :D
 
Teluk Kiluan Lampung
Pondok di depan cottage, di pinggir pantai, buat duduk dan tempat makan

Bersantap di Pinggir Laut

Ada satu bangunan di belakang cottage yang disebut dapur. Di dapur itulah mas Bram mengolah makanan untuk tamu yang menginap. Di akhir pekan saat cottage penuh pengunjung, biasanya ia memasak bersama istrinya. Sedangkan saat saya di sana, makanan diolah di seberang laut, di rumahnya. Mungkin karena jumlah kami sedikit, cukup dimasak di rumah. Baru diantar saat jelang jam makan. Mas Irvan bolak-balik naik jukung, mengambil makanan untuk kami santap. Oh, baiknyaa…..

Makanan apa yang disajikan? Sama seperti makanan di warung nasi rames. Ada nasi dengan lauk dan sayur. Tak lupa sambal dan sayur lalapan. Masakan ala kampung. Di sini banyak ikan, saya suka ikannya. Dagingnya segar, gurih dan enak. Tak bikin bosan, meski disajikan saat sarapan, makan siang, dan makan malam. Oh ya, di sini sepertinya banyak pohon petai. Selalu ada petai di antara hidangan hehe...

Apapun makanannya, nikmatnya ada pada suasananya. Di sini, kita tidak makan di dalam kamar, tapi di luar, di bawah pondok, dekat pantai. O ya, jarak cottage dengan pantai itu hanya sekitar 20 meteran saja. Nah, di depan cottage itu ada pondok kayu. Di pondok itulah makanan dihidangkan. Asyiknya makan ditemani angin sepoi-sepoi, sambil menikmati pemandangan pulau pula. Tidak tiap saat bisa begini.  Apalagi buat orang kota.

Teluk Kiluan Lampung
Mas Bram melayani semua keperluan selama di penginapan

Teluk Kiluan Lampung
waw banyak petai

Teluk Kiluan Lampung
istimewa di tempat istimewa

Tak pernah bosan mencicipi ikan gorengnya

Aktifitas di Kiluan

Namanya liburan, pinginnya santai-santai. Di sini, mau apa saja silakan. Mau jalan-jalan di pantai, keluar masuk hutan, berenang, snorkeling, atau sekedar duduk di pantai menikmati suasana, monggo. Yang saya lakukan juga begitu. Eh, tapi nggak sampai masuk ke dalam hutan sih. Hanya pinggirannya saja hehe. Saya takut ketemu babi hutan, nanti diseruduk dijadikan lawan duel hehe.

Kalau mau, sebenarnya bisa trekking ke Laguna Gayau. Tinggal naik jukung, jalan ke bukit, sampai deh. Tapi kemarin saya tak lakukan itu. Lebih pilih istirahat, lalu main-main di pantai sampai matahari terbenam. Oh iya, saya kaget waktu ada orang bawa motor sampai ke cottage. Ternyata ada jalan dusun di belakang cottage.
 
Teluk Kiluan Lampung
Snorkeling

Teluk Kiluan Lampung
Suasana asri di pinggir pantai

Teluk Kiluan Lampung
Main pasir mau?

Teluk Kiluan Lampung
Atau main ombak?

Di hari kedua, saatnya berlayar ke lautan untuk melihat lumba-lumba. Kami harus berangkat pagi, sekitar setengah enam. Saya kesiangan! Untung tak apa karena perjalanan ditunda. Katanya angin sedang kencang, gelombang pun tinggi, belum boleh jalan. Mesti menunggu sampai cuaca membaik. 


Sepagi itu sarapan belum tersedia, saya makan roti yang dibeli di Bandar Lampung. Lumayan buat mencegah kembung. Hehe. Bakal kena angin laut soalnya, khawatir mual nanti muntah. Malu-maluin saja hoek hoek di atas jukung.
 
Teluk Kiluan Lampung
Siap-siap untuk tur lumba-lumba

Tur Lumba-Lumba
Jam 6 kami baru jalan. Mas Irvan mengemudi jukung. Jukung itu ternyata digerakkan dengan mesin ya *baru sadar* Jukung tuh sempit. Kalau duduk, pas buat pant*t saja. Tak apalah, yang penting aman. Eits…biar aman jangan lupa pakai life jacket. Meski bisa berenang, jangan pikir kalau karam bakal kuat berenang di laut yang kedalamannya mencapai 100 meter. Mana gelombangnya tinggi pula. Huhu serem ya…

Bismillah. Mari berangkaaaat!

Boleh bawa kamera buat motret lumba-lumba? Boleh saja, tapi hati-hati. Biar nggak kena air, siapkan bungkus kamera, minimal kantong plastik. Begitu juga jika bawa hp.

Pagi itu teluk Kiluan terlihat ramai. Beberapa jukung keluar dari teluk, melaju ke lautan. Bukan jukung para nelayan, tapi jukung yang membawa wisatawan. Bisa kelihatan dari life jacket orange yang dikenakan. Kalau nelayan, nggak ada yang pakai baju pelampung. Ternyata wisatawan yang mau lihat lumba-lumba banyak. Bikin rasa ngeri saya berangsur hilang. Pikir saya, kalau ada apa-apa di laut, tidak akan sendirian. Misalnya jika ada badai, maka bakal kena celaka rame-rame hihi.
 
Teluk Kiluan Lampung
Kami percayakan jukungnya padamu, mas Irvan :D

Lihat itu, di mana ujung laut?
Teluk Kiluan Lampung
Tur lumba-lumba

Jukung keluar dari teluk, membawa kami ke selat sunda. Ramai nelayan yang saya lihat dari kejauhan. Mereka tersebar di beberapa titik. Di bawah matahari yang belum terlalu terang, bayangan nelayan terlihat serupa siluet. Saya mencoba memotret, tapi hempasan gelombang membuat cipratan air mengenai kamera. Hoho…..waspada...waspadalah.

Berpuluh menit di lautan, jukung melaju memburu lumba-lumba. Saya siap untuk terpana pastinya. Berharap hewan-hewan lucu itu muncul belasan, ratusan, bahkan kalau bisa ribuan. 


Saat bertemu, bukan main senangnya. Tapi terkadang keberuntungan tak berpihak, lumba-lumba yang dinanti bisa saja tak terlihat, meski lautan telah diarungi berjam-jam. Buat yang mungkin saja tak beruntung, jangan kecewa. Perjalanan memburu atraksi lumba-lumba tetap tidak akan sia-sia. Karena, dengan naik perahu kecil mengarungi laut dalam sambil naik turun diayun gelombang, sudah menjadi pengalaman hebat yang tak tiap saat dapat dirasakan. 

Teluk Kiluan Lampung
Terpana nggak sih kalau kamu lihat lumba-lumba di laut lepas seperti ini?

Teluk Kiluan Lampung
Bisa melihat lumba-lumba langsung di habitatnya itu luar biasa banget ya!


Susur Pulau

Mas Yopie bilang, di saat cuaca cerah, bayang Gunung Anak Krakatau dapat terlihat dari Kiluan. Tapi kemarin saya tak melihat itu. Yang ada saya melihat Pantai Batu Gigi Hiu di kejauhan, agak samar. Tahu kan Pantai Gigi Hiu yang terkenal itu? Kalau belum tahu, cek di Google, banyak foto dan informasinya. He he. 

Jukung memasuki teluk, hendak kembali ke daratan. Kami melewati jalan yang berbeda. Kali ini mengitari sebuah pulau yang letaknya berhadapan langsung dengan cottage yang kami inapi. Di sekitar pulau itu, airnya dangkal dan sangat jernih. Dari atas jukung saja bisa terlihat pemandangan di dalam airnya. Terumbu karang beragam bentuk dan warna, serta ikan-ikan yang lebih beraneka rupa. Mas Irvan sempat bercerita tentang orang yang meninggal saat snorkeling di tempat itu. Snorkeling atau karena apa ya? Hehe…. Saya lupa seperti apa detailnya, tapi cerita itu memberi pelajaran buat saya. Apapun kegiatannya, harus hati-hati saat di laut. Kalau tidak bisa berenang, pakai baju pelampung. Jangan snorkeling sendirian, dan jangan takabur. 

Teluk Kiluan Lampung

Teluk Kiluan Lampung
Pulau-pulau

Teluk Kiluan Lampung
Kalau ini disebut pulau atau batu karang ya? :D

Kembali ke daratan, lega rasanya. Puas jalan-jalan di atas lautan, perut pun lapar. Sarapan sudah disediakan, saatnya makan. Buat yang punya maag, baiknya makan dulu sebelum berangkat tur lumba-lumba. Kelaparan di laut nggak ada makanan, bahaya ntar makan teman sendiri hehe. Barbar :p Kalau tahan lapar, ga masalah. Pulang tur baru deh makan. Makan saat lapar pasti lebih laha.

Usai sarapan, lanjut duduk-duduk di pantai, atau berenang dan snorkeling juga bisa. Tapi kemarin saya gunakan untuk foto-foto. Oh iya, di dekat cottage ada lapangan voli pantai. Nggak di tepi pantai sih. Letaknya di deretan cottage, dekat rumput-rumput. Kalau ada yang mau olahraga, bisa tuh.

Teluk Kiluan Lampung
Ada yang asik snorkeling

Teluk Kiluan Lampung
Ada dermaga tuh, asik buat melamun :D
Teluk Kiluan Lampung
Pingin nyebur ga sih kalo liat ini?

Puas duduk-duduk, ngobrol, dan foto-foto kece, saatnya beres-beres untuk pulang. Tengah hari waktunya untuk kembali menyeberang ke Dusun Kiluan Negeri. Pulang. Wuaaaah….rasanya males banget pulang! Huhuhu.

Mau nggak mau harus pulang. Lain kali datang lagi. Kalau ingin puas, jadwalkan minimal sebulan  paling sebentar! Haha. Pindah rumah aja sekalian yak.

Oke deh, kembali ke daratan sesungguhnya. Ambil mobil, setir, melaju ke Bandar Lampung.

Mari pulang. Bawa rindu pada Kiluan.  

Teluk Kiluan Lampung
Sampai jumpa lagi, Kiluan!






~Kiluan, Lampung. Januari 2016.

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

21 komentar

  1. Banyak juga yang kecewa ga bisa bertemu lumba-lumba. Tapi maklum lah karena lumba-lumba di sini hewan liar yang ga bisa diajak janjian bertemu...
    Hiburannya daya tarik tambahan berupa snorkeling lihat karang dan ikan di sekitar cottage. Atau datang lagi di lain waktu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul. Ketemu lumba-lumba syukur. Belum ketemu ya tetap senang karena masih ada kegiatan asik lainnya yang bisa dilakukan.

      Yuk yuuuk ke Kiluan lagi :D

      Hapus
  2. Wahh kok gak ke laguna gayau nya juga sih mbak, sekalian lho ke teluk kiluan...pasti gak diajak yaa ama mas yopie? mas yopi nya gak mau manjat bukit pasti yaaa hehehe

    BalasHapus
  3. Wahhh mba Rien, what a wonderful travelling mba. Ohh ini ya hasil yang mba Rien kmrn ke Lampung itu ya?
    Rasanya kalau aku tinggal disitu, ditemenin pete bakalan naik beberapa kilo berat badanku :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. BB belum tentu naik mbak Oline. Di sana kan nggak cuma bakal banyak makan, tapi juga bakal banyak beraktifitas. Berenang dan jalan-jalan keliling pulau bakal jadi penyeimbang haha....

      Hapus
    2. Kak klo mau booking gmn carany ya.. Please help

      Hapus
  4. Jalan kesananya udah bagus banget ua mbak? Tempo hari sy diceritain kalo jalannya hancurrr dan blm tentu ketemu lumba2. Kpn2 harus kesini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya ke sana Januari mbak (bulan kemarin), jalan sudah bagus dan lancar jaya.
      Nah, kalau soal lumba-lumba memang belum tentu ketemu. Seperti yang dikatakan oleh mas Yopie pada koment di atas, lumba-lumba adalah hewan yang nggak bisa diajak janjian haha

      Hapus
  5. wah,,,baru tau... semoga bisa mampir ke sini kapan2.. :) seru bisa menyaksikan lumba2 langsung dengan perahu kecil... dulu waktu pulang ke medan naik kapal laut seirng juga liat... tapi kecil karena liatnya dari atas geladak yang jauh...

    BalasHapus
  6. Gak sabarrrr. Semoga aku beruntung bisa ketemu lumba-lumba.

    BalasHapus
  7. Bentar lagi....bentar lagiiii haha....
    Aamiin...coba Lia telp lumba-lumbanya...ajak janjian ketemu 2 minggu lagi :D

    BalasHapus
  8. Suka banget... terutama cottage dan makanannya... ira

    BalasHapus
  9. Wah jalannya udah mulus ya
    Tempo hari mau kesana tapi dibilangin temen jalannya jelek jadi mundur teratur soalnya bawa bocah
    Laib kali wajib nih diagendakan ke Kiluan

    BalasHapus
  10. Virus travelling itu kayak ganja, bikin ketagihan. Klo nggak jalan rasanya sakau. Coba deh mbak Rien besok besok bekpek an, malah edan. hehehe

    itu modelnya tetep langsing gitu rahasianya apa ? *dibahas

    BalasHapus
  11. I miss Kiluan..ke sana tahun 2012, harus segera mampir lagi kalau pulang kampung :)

    BalasHapus
  12. Tulisannya bikin sakau nih mbak:) Untuk booking cottage diatas adakah cp dan no telpnya? Makasih,vika.

    BalasHapus
  13. Mbak, punya kontak penginapannya gak?

    BalasHapus
  14. mba nama cottage nya apa? atau ada nomor kontaknya? sama perkiraan harga per malem biar bisa memperkirakan budget. makasih

    BalasHapus
  15. Mbak boleh kirim nomor penginapan nya?

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!