Sambang Air Terjun Way Lalaan Sambil Makan Durian


Bagaimana jika judulnya makan durian saja tanpa embel-embel air terjun Way Lalaan? Sepertinya lebih cocok, karena acara makan duriannya lebih banyak ketimbang melihat air terjunnya :D

Baiklah, saya awali saja cerita ini dengan perjalanan berkendara mobil dari Talang Padang ke Pekon Kampung Baru. Talang Padang itu perhentian terakhir kami sebelum lanjut makan durian. Di sana kami bertandang ke Rumah Batik Tanggamus. Di sana pula kami berjumpa mas Elvan, koordinator tim medsos selama acara FTS 2015. Nah, Mas Elvan inilah yang mengajak kami makan durian.

Wow Mas Elvan tajir yaaa..
Haha…bukan Mas Elvan sih yang bayarin, tapi atasannya he he 



Waktu tempuh menuju Pekon Kampung Baru sekitar 30 menit saja, tapi seakan berjam-jam lamanya. Sejak diberitahu bahwa kami akan makan durian sepuasnya, kepala saya isinya langsung dipenuhi tentang durian. Jadi banyak membayangkan rasa durian manis dengan aroma khas menggigit. Bayangan-bayangan tentang durian inilah yang bikin saya ingin lekas sampai di Way Lalaan. Makanya perjalanan jadi terasa lama :D

Di mana Way Lalaan?

Menurut keterangan yang saya dapat, objek wisata Tanggamus yang satu ini berjarak sekitar 80 Km dari Kota Bandar Lampung. Sekitar 2 jam waktu tempuhnya kalau tidak pakai acara mampir-mampir segala. Jika dari Kota Agung, ibukota Pemerintahan Kabupaten Tanggamus, jarak Way Lalaan sekitar 8 Km. Air terjunnya sendiri tidak jauh dari jalan raya lintas barat Sumatra (Jalinbarsum) yang menghubungkan Bandar Lampung dan Kota Agung. Letak air terjunnya di sisi kiri jalan, jaraknya sekitar 300 meter. Dari pintu gerbang tinggal masuk, parkir (jika bawa kendaraan), lalu  dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni anak tangga sepanjang 75m.

Kami sampai di lokasi sekitar pukul 17.25 saat petang sudah mendekati tua. Matahari tak lama lagi tenggelam. Alam raya sebentar lagi dirundung gelap. Tak mungkin sepetang itu ada acara main-main air terjun, trekking, apalagi pakai mandi-mandi segala. Jadi acara intinya ya makan durian saja.

Duriaaaaan neeeng

Durian maaaang

Mas Elvan dan teman-temannya langsung belah-belah durian. Satu-satu di belah, satu-satu disuguhkan, satu-satu dicoba. Siapa yang nggak senang melihat buah-buah berduri itu terhampar di hadapan, bukan? Ayo makan duriaaaan.

Eits…ternyata ada yang nggak ikut makan. Siapa dia? Siapa lagi kalau bukan si tampan dari Palembang, Yayan Ruhian! Bwaahahaa…bukan Ruhian, tapi Yayan Haryadi alias omnduut. Saya curiga si Yayan sedang kesambet. Masa iya dia tidak doyan durian? Ya sudahlah Yan, lebih baik kamu tidak ikut makan durian, biar tidak mengurangi jatah #halah :p

Mas Elvan bilang harga-harga durian itu 10 ribuan saja. Murah meriah katanya. Ciyuuuus? 10 ribu itu murah? Weeeks itu mahal tahu. Durian di Lematang kalau sedang musim buah harganya cuma 2-3ribuan haha. #ya sudah Rien sono ke Lematang :p

Duriannya banyak yang manis, sisanya hambar dan anyep. Yang anyep itu mungkin saat makan sambil memandang seseorang yang wajahnya anyep hahaha. Iya kamu yang anyep :D
 
Dari sini 'icip ujungnya' bermula :D


manis


anyep

Kelar makan durian, saya turun ke air terjun. Suasana sudah mulai agak gelap. Sedikit ragu juga mau ke bawah. Syukurlah ada Fajrin yang baik hati mau menemani. Blogger lain tak ikut turun karena tahun lalu saat mereka ikut FTS 2014 sudah pernah melihat. Bukan hanya Way Lalaan 1 yang pernah mereka sambangi, tapi juga Way Lalaan 2. Yup, di sini memang ada dua air terjun. Pada FTS 2014, kedua air terjun ini memang menjadi tujuan kunjung tim media, blogger dan jurnalis. 

Air Terjun Way Lalaan terletak di kaki Gunung Tanggamus dan merupakan air terjun bertingkat dengan jarak satu sama lainnya lebih kurang 200 m.  Air Terjun Way Lalaan 1 terletak di sebelah atas dan Air Terjun Way Lalaan 2 terletak di sebelah bawah. Menurut cerita, akses jalan menuju Way Lalaan 2 lebih sulit, harus menuruni bukit cukup terjal dan saat pulang juga harus melewati jalan itu kembali. Terdengar menantang sih sebenarnya, tapi apa iya harus menghadapi tantangan itu saat suasana mulai gelap? Duh….yang ada kemarin saya malah bergidik. Suasananya mulai terasa seram. Jelang waktu magrib sih hehe.. 

Rasanya pingin nyebur

O ya, konon air terjun yang berasal dari aliran Way Lalaan yang bermuara ke Teluk Semaka ini telah di kenal sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Sekitar tahun 1937. Dan tangga batu menuju lembah air terjun yang saya titi petang itu dibuat pada masa itu. Hmm…pantas kelihatan tua. Tua tapi gagah #halah…orang kali gagah :p

Ternyata, air terjunnya cakep. Meski nggak tinggi-tinggi amat. Kurang lebih 11-13 meter (entah berapa tepatnya). Kolamnya enak buat berendam. Nggak takut sakit ketimpa tumpahan air. Terbayang segarnya badan kalau mandi di situ. Tapi magrib begitu, berasa mau mandi kembang kalau jadi mandi. Trus nanti ada yang datang menemani mandi, ada suara kecipak air, tapi nggak ada wujudnya. Hii…sereeem. Fajrin! Ayo kita pulang! Haha. Si penakut mulai membayangkan yang enggak-enggak. Ternyata, naik tangganya capek juga. Saya mesti berhenti beberapa kali sambil ngos-ngosan.

Ditemani Fajrin yang baik hati dan tidak sombong


Tangga batu sepanjang 75 meter


Asri dan nyaman


Ada pondok-pondok buat duduk-duduk patjaran #eh


Meski capek naik, dan hanya sebentar saja, saya bisa tangkap keindahan Air Terjun Way Lalaan dalam ingatan dan lensa kamera saya.


INFO:
Air Terjun Way Lalaan terletak di Desa Pekon Kampungbaru, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung.
Fasilitas yang tersedia di sini berupa shelter, mushola, kamar ganti pakaian dan pelataran parkir yang cukup luas. 
  
Nasibmu kulit durian, sungguh merana :D


Sampai jumpa lagi Way Lalaan





Festival Teluk Semaka 2015 

w/ @Yopiefranz @KelilingLampung @elephunx25_85 @Duniaindra @Halim_san @Omnduut @Fajrinherris @Donnaimelda @Eviindrawanto @kikianvirrr @Agoenk_001 @ito07aja @FestTelukSemaka

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

12 komentar

  1. Aku aja yang ke bawah duluan mulai ngerasain nggak enak karena udah mau magrib, mbak Rien ke sana kan habis makan duren hahaha, lebih gelap lagi. Tapi emang air terjunnya walau kecil kece sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa....aku paling akhir ke air terjunnya, udah mulai gelap. Ga enak banget nuansanya hihihi sereeem. Cek Yan beruntung turun saat masih terang, banyak dapat foto bagus di tempat bagus. Punyaku fotonya kayak difoto sedang gemetaran, banyak burem. Untung ini ada yg lumayan enak dilihat :D

      Kece dan bikin pingin nyebur ya air terjunnya. Ntar lain kali deh kalo ke sono lagi mandi-mandi haha

      Hapus
  2. ya Allah itu kulit duren banyak banget bikin gagal fokus

    BalasHapus
  3. tanggung jawaaabb, aku mauuu durennyaaaaaaaaaaa

    BalasHapus
  4. Eh aku pernah juga ke air terjun deket2 maghrib gitu. Perasaan emang gak nyaman. Kenapa, yah? ira

    BalasHapus
  5. wahhh hebatt yaaa yang namanya elvan itu... pasti dia orangnya kece... artikelnya segerrr kyk makan sup durians.... bulan februari panen lgi di waylalaan durennya

    BalasHapus
  6. Cuman 10 rb doang? Aku langsung beli 20. beneran. pernah saking pinginya makan durian, seharga 120.000 aku beli. Cinta dan suka banget sama durian.

    trus lihat durian ini tanpa aroma, jd gimanaaaa gitu :)))

    BalasHapus
  7. Kalau sekarang udah ngga bisa makan duren banyak-banyak. Perutnya langsung berontak. Padahal waktu kecil dulu, 1 duren habis dimakan sendirian. Ternyata umur ngga bisa bo'ong hihihi

    BalasHapus
  8. daging duriannya tebel banget, dulu aku ga begitu suka gara-gara Ivon jadi suka deh.

    BalasHapus
  9. wwwaaaww masih asri bgt tempatnya..
    hayoohhh jgn lupa kulit duren nya jgn dibuang sembarangan hehe

    BalasHapus
  10. Duh, itu durian ya, favorit anak ku mba & menggiurkan banget dinikmati di alam gitu, nikmatnya double2

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!