Hadiah dari Laut Belitung di Museum Tanjung Pandan


Perairan laut Bangka-Belitung telah menjadi jalur utama pelayaran perdagangan antarnegeri selama berabad-abad. Pada abad silam, para pedagang hilir mudik di jalur itu dengan kapal-kapal besar, sedang, hingga kecil. Tak jarang, kapal-kapal itu terjebak badai, dan beberapa tenggelam di sana.

Sejak awal tarikh masehi, bahkan mungkin jauh sebelumnya, bumi Nusantara dengan kekayaan alamnya telah menarik perhatian bangsa-bangsa lain. Bangsa lain yang datang ke Nusantara antara lain dari India, Tiongkok, Persia, Arab, dan bangsa Eropa. Mereka datang untuk mencari komoditi yang banyak digemari dan hanya ditemukan di Nusantara, yaitu rempah-rempah. Mereka juga datang dengan kapal-kapal yang sarat produk negeri asal mereka untuk diperdagangkan dengan rempah-rempah. Kalaupun tidak berdagang dengan penduduk Nusantara, mereka berdagang dengan bangsa lain. Nusantara pun menjadi kawasan perdagangan.

Dalam pelayarannya di perairan Nusantara, tidak jarang kapal-kapal pedagang itu menghadapi bahaya kandas menabrak karang atau gosong-gosong pantai. Terkadang mereka juga diterjang badai tropis dan bertemu dengan armada musuh. Sebagai kawasan perairan yang ramai, sudah barang tentu banyak kapal yang tenggelam bersama muatannya. Ada yang tenggelam karena badai, dan ada pula yang tenggelam karena muatan yang melebihi batas tonase.





Perairan Nusantara memang merupakan sebuah perairan yang tenang, jauh dari ombak besar dan badai karena merupakan perairan antarpulau. Namun pada perairan yang tampak tenang itu, tersembunyi bahaya yang tidak diduga, sehingga sewaktu-waktu dapat menimbulkan bencana. Apalagi pada masa lampau pengetahuan geografi kelautan dan belum adanya peta laut kian menambah daftar inventaris kapal yang karam dan akhirnya tenggelam. Setidaknya ada 7 kapal karam di perairan Indonesia bagian Barat pada abad ke-17 – 20, yaitu Diana (Inggris), Tek Sing dan Turiang (Cina), Nassau dan Geldennalsen (Belanda), Don Duarte de Guerra (Portugis), dan kapal Ashigara (Jepang).

Menurut hasil kajian survei para ahli BMKT (Benda Berharga asal Muatan Kapal Tenggelam) khusus kapal VOC, ada beberapa kategori temuan yang dapat diklasifikasi. Di antaranya, kapal itu sendiri, kargo (muatan kapal), barang milik penumpang, barang milik Anak Buah Kapal (ABK), barang pertahanan (senjata), barang lingkungan (hewan peliharaan), dan barang perlengkapan kapal seperti kemudi, teropong, dan sebagainya. Hasil pengangkatan Tim Survei Pengawas Panitia Nasional pada tahun 1989 di perairan Belitung ditemukan lempengan timah hitam (ingot) dan potongan runtuhan kapal yang terbuat dari logam. Di perairan situs Batu Hitam yang dikenal sebagai Batu Hitam shipwreck, atau Belitung shipwreck, tim survei menemukan sejumlah wadah yang terbuat dari emas, dan campuran antara emas dan perak. Dan karena benda-benda tersebut berasal dari zaman dinasti Tang, maka juga disebut Tang shipwreck. Tang Cargo adalah kapal terbesar yang pernah karam di Belitung. Lokasi tenggelamnya berhadapan langsung dengan Pulau Lengkuas, berjarak sekitar 25 km dari Tanjung Pandan. Jarak dari bibir pantai ke lokasi pengangkatan lebih kurang 20 km dengan waktu tempuh sekitar 25 menit menggunakan kapal motor.





Di Situs Batu Hitam juga ditemukan reruntuhan kapal Arab dengan rute pelayaran dari Afrika ke Cina pada sekitar tahun 830 Masehi. Kapal tersebut tenggelam dalam perjalanan pulang ke Afrika, sekitar 1,6 km di lepas pantai Pulau Belitung. Sisa reruntuhan kapal ini sempat diangkat Tilman Walterfang dan timnya Seabed Explorations pada medio September - November 1998. Saat itu telah diangkat sekitar 60.000 benda berbagai ntara lain jenis keramik, logam, kaca, kayu, gading, batu, tulang, sisa-sisa kapal dan sejumlah benda lainnya. Program eksplorasi itu kemudian menjadi heboh setelah isi kargo dijual senilai US$32 juta ke Sentosa Leisure Group, sebuah perusahaan swasta di Singapura.

Sejarah keramik Tiongkok
Kecelakaan tenggelamnya Tang Cargo telah memberikan arkeolog dua penemuan utama. Pertama, koleksi tunggal terbesar dari Dinasti Tang yang ditemukan di satu lokasi yang kemudian dikenal sebagai Tang Treasure.  Kedua, dhow Arab yang memberikan wawasan baru ke dalam jalur perdagangan antara Cina dan Timur Tengah selama periode itu. Selama penggalian, upaya untuk menjaga integritas situs dan muatannya telah menghasilkan bukti-bukti arkeologi rinci yang memberikan wawasan baru ke dalam metode konstruksi yang digunakan dalam pembuatan kapal. Sedangkan barang-barang dan gaya artefak telah mengungkapkan fakta-fakta yang tidak diketahui sebelumnya tentang perdagangan antara kedua daerah.

Identifikasi terhadap temuan keramik menunjukkan bahwa benda-benda yang ditemukan berasal dari Cina masa pemerintahan Dinasti Tang yang memerintah tahun 618 hingga 907. Benda-benda tersebut kemungkinan ditujukan untuk pasar Teluk Persia. Di antara keramik tersebut terdapat keramik bertanggal 826, dan jika dihubungkan dengan bukti temuan koin, diperkirakan kapal tersebut berlayar pada sekitar pertengahan abad ke-9.  Beragam bentuk dan warna keramik dibawa sebagai barang-barang kargo, seperti keramik berwarna hijau, putih, seladon, tiga warna, putih dan hijau, putih dan biru, namun yang tebanyak keramik buatan tungku Changsha di Provinsi Hunan. Jumlahnya mencapai ribuan, dalam bentuk mangkuk dengan beragam variasi ukuran, kendi, arca binatang, lampu, pedupaan, cepuk dll. Tungku Changsha sangat produktif pada masa Tang hingga awal Dinasti Lima (907-960). Fragmen temuan ini banyak tersebar di situs-situs arkeologi di Asia Tenggara dan Timur Tengah seperti di Irak, Mesir, Iran, dan Oman.


Keramik Changsha dari perairan Belitung ini dianggap sebagai tipikal barang ekspor Tiongkok abad ke-7 hingga ke-10. Sementara di Tiongkok sendiri benda-benda seperti itu kelihatannya kurang mendapat perhatian semestinya. Yang menarik adalah temuan logam dalam jumlah cukup banyak, meliputi wadah logam emas, gabungan emas dan perak, perunggu dan tembaga yang dibuat dalam berbagai bentuk. Selain itu juga ditemukan tak kurang dari 30 cermin perunggu dalam beragam bentuk bahkan seluruhnya dianggap mewakili gaya cermin yang berkulitas dari masa Dinasti Tang.


Setelah tenggelam selama berabad-abad, nilai komersial beragam benda muatan kapal masa silam itu semakin meningkat. Selain memiliki nilai komersial, benda-benda itu juga mengandung nilai yang lebih penting, yakni nilai sejarah dan budaya, yang sudah barang tentu patut dijaga dan dilestarikan oleh bangsa Indonesia. Kapal-kapal itu tenggelam di perairan Indonesia, sehingga kapal dan benda-benda di dalamnya juga merupakan cagar budaya milik bangsa Indonesia.



Walau tidak semua reruntukan kapal dan benda di dalamnya dapat diangkat, beberapa benda dari reruntukan kapal itu bisa kita saksikan di Museum Tanjungpandan, Belitung. Koleksi-koleksi  benda cagar budaya dari reruntukan kapal itu tersusun rapi di sebuah ruang khusus di museum. Peninggalan tersebut antara lain berupa keramik tua dari Tiongkok dengan bermacam bentuk, ukuran dan ornamen. Ada yang berasal dari zaman Dinasti Tang (618 – 907), Dinasti Sung (960 – 1279), Dinasti Ming (1368 – 1644), dan Dinasti Yuan (1279 – 1368).  Keberadaan benda-benda itu juga dilengkapi dengan keterangan tertulis mengenai asal-usulnya dan proses menemukan dan mengangkatnya dari perairan Belitung. Setiap koleksi ditata rapi dan profesional. Ruang penyimpanannya pun berpendingin udara, serta memiliki pencahayaan baik, sehingga suasana pun terlihat apik dan bercita rasa. 




*Semua foto oleh Katerina

**Museum Tanjungpandan (UPTD Museum Pemkab. Belitung) terletak di dalam Kota Tanjungpandan. Tepatnya di Jl. Melati No.41A, Tanjungpandan, Belitung. Museum ini semula bernama Museum Geologi, didirikan atas perintah Menteri Perindustrian Dasar dan Pertambangan, yang saat itu dijabat oleh Dr. Chaerul Saleh (menjabat 10 Juli 1959 – 28 Maret 1966), kepada perusahaan penambangan Timah di Belitung, Bangka dan Singkep untuk masing-masing mendirikan sebuah museum.


***Terima kasih kepada Mas Hari dari www.viscatour.com yang telah mengundang saya untuk berkunjung ke Museum Tanjung Pandan. Tempat sarat sejarah ini telah memperkaya pengalaman dan pengetahuan saya tentang Belitung. Sukses selalu buat @BelitungTour !  
Visca Tour Hotline: 0717-434219 Mobile: 081949108582 WhatsApp: 082182988898 Email: viscatour@mail.com

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

11 komentar

  1. Menemukan semua puing-puing itu sudah jadi sesuatu yang sangat hebat. Menemukan semuanya dalam keadaan utuh, menurut saya adalah keajaiban. Ada banyak keajaiban yang menanti untuk dikuak di dasar laut itu! Tapi semuanya adalah bukti bahwa kita dulu juga sudah sangat membuka diri dengan keberadaan negara tetangga, mitreka satata. Hubungan perdagangan yang damai, asimilasi budaya yang terjadi membuat masyarakat kita semakin kaya. Oh, indahnya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak 100% tentang hub perdagangan yang damai sih ya menurutku :)
      Bangsa-bangsa lain yang datang itu kan karena perhatiannya tertuju pada rempah2 yang dipunya oleh negeri ini. Ada yang sampai menjajah ratusan tahun utk itu. Kalo sSoal keterbukaan aku tak menyangkalnya.

      Hapus
  2. barang-barangnya antik dan unik ya mba.. sejarah yang tersisa di laut belitong menunjukkan masa-masa kejayaan di masa lalu.. TFS...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Serba antik dan unik, terlebih kisah yang menyertai keberadaan barang-barang itu. Mak Ima tau ngaak? Aku sampe tertegun lama membayangkan saat kapal2 yang membawa barang2 itu karam.

      Hapus
  3. Berharap suatu saat bisa ke belitong. Aku suka berkunjung ke museum. Ada banyak cerita dan sejarah di dalamnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.
      Museum ini sudah pasti jadi dambaan seorang mbak Ika :)
      Semoga terwujud mbak.

      Hapus
  4. Berharap suatu saat bisa ke belitong. Aku suka berkunjung ke museum. Ada banyak cerita dan sejarah di dalamnya.

    BalasHapus
  5. jadi rupanya benda2 karam tersebut ternyata bisa juga ya untuk melihat teknologi lintas negara dan lintas zaman di masa lalu, malah membantu banget arkeolog yang kebetulan ingin membandingkan kebudayaan antar bangsa di masa lampau

    BalasHapus
  6. China memang sejak dahulu ecpansi dagangnya luar biasa ya mbak.
    Tapi terbalik kalai dlu keramik china terkenal mutu dan seninya skrg bbrp barang china terkenal kw-nya :D

    BalasHapus
  7. seneng ya kalau dalam museumya boleh ambil foto. kebanyakan di India, nggak boleh. Disitu aku langsung erasa ngantuk klo masuk museum dan nggak boleh ambil foto.

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!