Masjid Agung Jawa Tengah, Wujud Perkembangan Islam





Keistimewaan Masjid Agung Jawa Tengah

Dari pintu bangunan utama masjid yang terbuka lebar, saya memasuki ruang salat di lantai satu. Di dalam ternyata sedang berlangsung acara pernikahan. Saat itu hadirin sedang khidmat mendengarkan lantunan ayat suci. Suasana menjadi begitu syahdu merasuk kalbu. Saya dan Dely -teman saya- langsung duduk ikut mendengarkan.

Seusai pembacaan ayat suci, saya langsung beranjak untuk menjelajah bangunan masjid. Sebelum berlalu, perhatian saya tertuju pada kotak kayu besar berisi sebuah Al Quran raksasa berukuran 145cmx95cm. Mushaf besar yang dinamakan Mushaf Al Akbarini merupakan karya Santri Pondok Pesantren Al-Asy’ariyyah Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo.

Di dalam ruangan induk masjid juga terdapat 4 minaret masing-masing setinggi 62 meter. Salah satu minaret di bagian depan (timur), dilengkapi dengan lift. Untuk naik ke lantai 2, jamaah dapat menggunakan tangga yang terletak di sisi selatan dan utara dari pintu masuk.

Nuansa Jawa terlihat dari detail motif batik, seperti tumpal, kawung, dan parang pada dasar tiang penyangga, serta dari bentuk Tajugan pada atap di bawah kubah utama. Sedangkan, nuansa Islami Timur Tengah hadir lewat goresan kaligrafi di dinding masjid. Untuk kubahnya sendiri berbentuk setengah lingkaran dari cor beton dengan garis tengah 20 meter.
 
Ruangan induk


Mushaf Al Akbar


Motif batik pada tiang



Ketika acara pernikahan selesai, dan orang-orang mulai meninggalkan ruang dalam masjid, saya kembali ke lantai 1 untuk mendekati area mimbar. Setelah saya amati ternyata posisi mimbar tidak menyatu dengan bagian mihrab. Posisinya berada di sebelah kiri atau sisi selatan dari bagian mihrab. Sedangkan, bagian mihrab dikemas sangat apik.

Sebuah bedug raksasa ditempatkan di dalam masjid bagian timur utara. Bedug karya KH.Ahmad Shobri, asal Tinggarjaya, Jatilawang, Purwokerto Banyumas tersebut dinamakan Bedug Ijo Mangunsari. Mangunsari adalah nama dukuh tempat dibuatnya beduq. Dalam bahasa Arab Maun Syaar artinya pertolongan dari kejelekan.

Beduq Ijo terbuat dari Kayu Waru pilihan dan dilengkapi dengan Kentongan Ijo. Panjang beduq 310 cm dan garis tengah bagian tengahnya 220 cm. Keliling depan/belakang 588 cm. Keliling tengah 683cm. Jumlah paku 156 buah. 

Mimbar dan tempat khotib terpisah


Akses dari ruang salat bangunan induk menuju ruang auditorium

Fasilitas Lengkap 
Banyak detail menarik yang membuat MAJT tampak istimewa diantara masjid-masjid lainnya yang ada di Indonesia. Mulai dari luas area tanah, arsitektur yang megah, hingga berbagai fasilitas modern yang melengkapinya.

Kompleks masjid ini mencapai luas 10 hektar. Luas bangunan utama untuk shalat saja mencapai 7.669 meter persegi. Terdiri dari dua lantai, yaitu lantai satu untuk jamaah pria dan lantai dua untuk jamaah wanita. Kapasitas ruang utama diperkirakan dapat menampung hingga 6.000 jamaah. Area plasa seluas 7.500 meter persegi yang merupakan perluasan ruang salat dapat menampung hingga 10.000 jamaah.

MAJT dilengkapi dengan convention hall (auditorium) berkapasitas 2000 orang, perpustakaan modern “Digital Library”, “Office space” ruang perkantoran yang disewakan, wisma penginapan “Graha Agung” berkapasitas 23 kamar berbagai kelas, serta tempat parkir di bawah plasa yang mampu menampung 680 mobil dan 670 sepeda motor.

Sementara di bagian selatan dan timur masjid (Blok A dan B) terdapat Pujasera, tempat wisatawan yang ingin mencicipi aneka hidangan. Dan di bagian depannya terdapat toko-toko yang menjual beragam souvenir untuk oleh-oleh. Terdapat juga unit pelayanan kesehatan jamaah, berupa Poliklinik dua poly, yaitu Poli Umum dan Poli gigi. 

Ruang salat jamaah laki-laki




Lantai 2 tempat salat jamaah wanita

Wujud Perkembangan Islam
Filosofi perancangan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan perwujudan dan kesinambungan historis perkembangan agama Islam di Tanah Air. Filosofi ini diterjemahkan dalam Candrasengkala yang dirangkai dalam  kalimat “Sucining Guna Gapuraning Gusti” yang berarti Tahun jawa 1943 atau Tahun Masehi 2001, sebagai tahun dimulainya realisasi dari gagasan pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah.

MAJT menjadi daya tarik di kalangan masyrakat setempat maupun luar daerah. Tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sekaligus memanfaatkannya untuk beriwsata. Pada akhir pekan, Sabtu dan Minggu, pengunjung senantiasa datang memadati masjid.

Berdasarkan keterangan Fatquri Buseri, jumlah pengunjung harian mencapai 3.000 ribu orang. Angka tersebut didapat dari jumlah penjualan tiket masuk Menara Asmaul Husna. Jumlah pengunjung bisa lebih dari itu karena tidak semua pengunjung masuk menara. Apalagi untuk memasuki kompleks masjid memang tidak dikenakan biaya apapun. 

Lubang-lubang tempat masuknya cahaya alami


Desain lampu sederhana


Warna-warna teduh

Bagi wisatawan luar daerah, masjid ini menjadi tempat transit sebelum berziarah ke makam Wali Songo. Mereka memanfaatkan penginapan yang tersedia. Dengan tarif permalam Rp 300.000,- pengunjung sudah bisa menikmati kamar nyaman dengan fasilitas serupa hotel berbintang. Kondisi tiap kamar bersih dan rapi.

Disebutkan bahwa peziarah biasanya datang tidak kenal waktu. Mereka bisa datang kapan saja dan biasanya datang dengan menggunakan bus. Jumlah bus mencapai puluhan. Rombongan yang pernah datang seperti tamu-tamu pejabat DPR RI, DPD RI, Lemhanas, peserta-peserta kursus, penataran, instansi, bahkan tamu-tamu dari luar negeri. Tercatat ada 17 negara asal tamu yang pernah datang ke masjid ini.

Dalam perbincangan saya dengan Bapak Fatquri Buseri di ruang kantor badan pengelola, diceritakan bahwa semua pemasukan yang berasal dari infaq, penyewaan auditorium, tiket masuk menara, penyewaan kamar penginapan, dan lain-lain, digunakan sebesar-besarnya untuk biaya operasional masjid. Penggunaanya diatur oleh dewan pengurus yang terdiri dari Pembina, Penasihat, Pengawas, dan Pengelola masjid.

Kemegahan dan keindahan MAJT memang mengagumkan. Itu sebabnya selalu dipadati wisatawan. Seperti siang itu, sejumlah bus datang membawa banyak rombongan. Padahal hari itu hari Senin, bukan akhir pekan. Di lantai 2 bangunan induk saya berjumpa dengan rombongan wisatawan asing. Setelah saya tanya, ternyata berasal dari Jepang. 

Basement


Kantor pengelola masjid


Tempat jajan


Kios souvenir

Sebelum meninggalkan MAJT, saya dan Dely menyempatkan ke Pujasera untuk sekedar mencicipi kuliner yang tersedia. Kios-kios dagang di tempat ini tertata rapi dan bersih. Menikmati makanan dan minuman pun jadi terasa nyaman. Selain pujasera, ada juga kios-kios souvenir. Bermacam barang yang biasa dijadikan oleh-oleh dijual di sini. Baju kaos, topi, tas peci, hingga boneka-boneka lucu.

Berkunjung ke Masjid Agung Jawa Tengah tak hanya mengingatkan saya pada keagungan Allah SWT tetapi juga pada keragaman budaya yang melekat pada arsitekturnya. Selain sebagai sarana ibadah umat, masjid ini juga menjadi perlambang perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah.

Tak heran jika masjid ini menjadi salah satu tujuan wisata yang tak boleh terlewatkan ketika menyambangi kota Semarang.



Foto diambil dari Menara Asmaul Husna




*Tulisan terkait: Keistimewaan Masjid Agung Jawa Tengah, Mutiara Tanah Jawa
*Semua foto dokumentasi Katerina
*Tulisan ini merupakan bagian dari artikel saya yang pernah dimuat di majalah Noor edisi Januari 2015.


Watu Dodol, Permata di Ujung Timur Pulau Jawa


Watu Dodol, pantai yang menjadi ikon taman wisata di Banyuwangi ini menarik minat saya karena kelebihannya yang tak dapat dipandang sebelah mata. Mulanya saya menjadikan Watu Dodol sekedar sebagai tempat singgah sebelum menyeberang ke Pulau Menjangan Bali. Namun ternyata banyak hal menarik yang saya temui di sini. Selain matahari terbit, patung Gandrung dan pantainya yang indah, pulau Bali pun terlihat dari tempat ini.

Pantai Watu Dodol terletak di Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, tepat berada di perlintasan jalur Banyuwangi - Situbondo. Hal tersebut membuat Watu Dodol mudah diakses sehingga keindahan alam di tempat ini dapat dinikmati oleh pengguna jalan maupun warga sekitar Banyuwangi. Tak heran jika Watu Dodol juga kerap digunakan untuk tempat istirahat para pengendara yang melakukan perjalanan jauh. Namun yang lebih penting lagi, Watu Dodol  memiliki pemandangan yang indah ketika dinikmati pada sore hari dan pagi hari.
 
Pemandangan pagi di hotel Watu Dodol

Spot motret sunrise biasanya di sini

The Sunrise of Java

Julukan The Sunrise of Java yang dilekatkan pada Banyuwangi memang tak keliru. Kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini menawarkan panorama matahari terbit yang memukau. Menginap di kawasan Pantai Watu Dodol menjadi pilihan tepat. Selain dapat menyaksikan matahari terbit di atas laut, juga dapat langsung jalan-jalan menyusuri keindahan pantai Watu Dodol.

Ada cukup banyak penginapan di sekitar pantai Watu Dodol. Harga bervariasi tergantung fasilitas. Beberapa resort bahkan mempunyai view laut dan pulau Bali. Salah satunya adalah Hotel Watu Dodol. Hotel ini menghadap ke tepi pantai sehingga saya dapat menikmati indahnya matahari terbit dengan latar belakang pulau Bali.

Saya tidak membutuhkan waktu dan tenaga ekstra untuk menyaksikan sunrise di Watu Dodol. Cukup berdiri di depan kamar penginapan, maka keindahan langit pagi langsung terlihat. Saat saya berada di sana cuaca sedang bagus, sang surya pun menunjukkan wajahnya menyerupai bentuk lingkaran yang bulat utuh berwarna kuning. Matahari merekah dari balik horizon, tepatnya di balik Selat Bali. Putih, kuning, orange, merah, biru, bahkan jingga terhampar di angkasa seolah Sang Pencipta tengah melukis cahaya di kanvas langit. Allah SWT seperti sedang mengingatkan manusia dengan cara yang indah.

Usai menyaksikan matahari terbit dari penginapan, saya berjalan kaki sekitar 1 km ke pusat Watu Dodol dimana terdapat patung gandrung yang terletak di atas bangunan mirip mercusuar dengan tulisan “Selamat Datang di Kabupaten Banyuwangi”. Di tempat inilah para wisatawan banyak mengambil gambar. Terutama saat matahari mulai terbit. 

Watu Dodol (batu seliat dodol) di tengah jalur Banyuwangi-Situbondo


Batu Besar di Tengah Jalan
Dinamakan Watu Dodol karena terdapat sebuah batu besar di tengah jalur Banyuwangi-Situbondo. Mempunyai diameter sekitar 15 meter dan tinggi lebih dari 10 meter. Berwarna gelap dengan tekstur padat dan sangat keras. Bentuknya menyerupai kue dodol. Berusia ratusan tahun dan bermukim di wilayah Kawasan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Utara.

Batu yang menjadi ikon keberadaan obyek wisata Watu Dodol tersebut memiliki keunikan cerita. Sudah beberapa kali dicoba dipindahkan, digulingkan ataupun dihancurkan dengan berbagai cara seperti ditarik kapal dan diledakkan, tetapi tak membuahkan hasil. Batu tersebut tetap tidak bergeming dan kabarnya malah kapal yang menariknya tenggelam. Hal inilah yang membuat batu yang berada 15km di sebelah utara kota Banyuwangi itu disebut dengan nama ‘watu dodol’ atau batu yang liat dan keras.

Jika turun ke area pantai, akan ditemukan sumur air tawar. Konon air dari sumur ini diyakini khasiatnya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit sehingga oleh penduduk sekitar dibuatkan pembatas dari batu dan dibangun seperti sumur. Bagi yang ingin mengambil airnya bisa menggunakan timba.

Keunikan lainnya adalah batu karang yang bentuknya berbeda dengan batu karang kebanyakan. Di sini batu karang berwarna hitam mengkilap dan sangat keras. Tumbuhan kaktus juga banyak ditemukan tumbuh di sekitar bebatuan. Di samping pesona keindahan dan mistik, Watu Dodol juga menyimpan catatan sejarah yang menarik. Watu dodol adalah pintu gerbang ke wilayah paling timur pulau jawa. Bala tentara biasa masuk dari sini menuju ke selatan (jember) atau ke arah barat (Situbondo).

Tanggal 14 April 1946, Belanda pernah ingin mengadakan percobaan pendaratan di Ketapang, tapi berhasil dihalau oleh tokoh masyarakat Banyuwangi. Ketika Belanda akan mencoba mendarat di pantai Meneng dan pelabuhan Ketapang, pada 20 Juli 1947, Belanda kembali gagal, karena mendapat perlawanan meriam yang gigih dari pasukan Indonesia di bawah pimpinan Mayor R. Abdul Rifai. Esoknya, Belanda kembali merebut Watu Dodol dengan mengerahkan pesawat tempur, tapi kembali terpukul setelah kapal mereka berhasil ditenggelamkan.
 
Nyiur melambai di tepi pantai

Pulau Bali di latar belakang

Bareng konco-konco di Hotel Watu Dodol

Wisata Pantai
Selain menikmati indahnya panorama laut, pengunjung juga dapat mendaki bukit yang letaknya hanya berseberangan jalan. Di bukit ini telah disediakan track untuk dilewati oleh pengunjung. Sesampai di atas bukit, pengunjung dapat melihat panorama selat Bali yang lebih luas dan indah. Di samping itu, diatas bukit terdapat dua bunker yang dibangun dan dipakai pada masa pendudukan jepang (1942-1945).

Watu Dodol memiliki sarana wisata yang cukup memadai berupa hotel dan rumah makan. Biasanya hotel juga menfasilitasi untuk kebutuhan wisata air seperti snorkling, diving, fishing, jet ski dan glass bottom boat. Rumah makan di Watu Dodol menyajikan berbagai hidangan laut hasil kekayaan laut Watu Dodol. Selain seafood, kuliner tahu petis banyak jadi incaran. Terdapat pula kios-kios souvenir yang menyediakan barang-barang kerajinan tangan berbahan baku kerang dan bebatuan laut.

Bagi yang ingin menikmati keindahan bawah laut ataupun menyalurkan hobby memancing, di sini terdapat perahu nelayan yang bisa disewa. Pemandu wisata juga tersedia apabila diperlukan. Atau cukup berjalan menyusuri Pantai Watu Dodol, bermain atau mandi air laut, dan setelahnya bisa menikmati es kelapa muda yang banyak dijual oleh para pedagang di sepanjang pantai.

Ketika air surut pengunjung bisa menuruni tebing yang berada di sebelah timur Watu Dodol, persisnya di bawah patung gandrung yang merupakan mascot sekaligus tarian tradisional yang sering digelar di Banyuwangi. Pada hari-hari tertentu di kawasan watu dodol digelar lomba perahu layar sebagai rangkaian dari upacara petik laut atau pestanya para nelayan sebagai ucapan syukur atas hasil laut yang diperoleh selama setahun. 


Toko souvenir

Banyak warung makan

aneka souvenir berbahan baku kerang

Tahu Petis Watu Dodol

Akses ke Watu Dodol
Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau Jawa.  Secara geografis Banyuwangi berbatasan langsung dengan Kabupaten Situbondo di utara, selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Banyuwangi memiliki wilayah yang cukup beragam, mulai daratan rendah seperti pantai sampai daratan tinggi seperti pegunungan dan daerah perkebunan di bagian selatan.

Keberagaman wilayah dari dataran rendah sampai dataran tinggi juga yang menyebabkan sebagaian besar wilayah Banyuwangi memiliki keindahan alam yang dijadikan sebagai tempat wisata, seperti taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Baluran, Air Terjun Wonorejo, Perkebunan dan Air Terjun Kali Bendo, Rawa Bayu, Watu Dodol, dan lain-lain.

Untuk mencapai kawasan wisata Watu Dodol sangatlah mudah karena posisinya di jalan lintas provinsi, yakni menggunakan bus antar kota jurusan Surabaya-Banyuwangi atau naik kereta dari stasiun Gubeng Surabaya menuju stasiun Banyuwangi Baru, kemudian lanjut dengan kendaraan antar desa. Dari Stasiun Banyuwangi Baru naik bus arah Situbondo. Apabila dari arah Bali, setelah dari pelabuhan penyeberangan Meneng-Ketapang jarak Watu Dodol sekitar 2 km menggunakan ojek, angkutan antar desa, atau bus yang menuju arah Situbondo.
 

Penari Gandrung, salah satu ikon wisata Watu Dodol



*Semua foto dokumentasi Katerina 


Soto Betawi H.Mamat, Kuliner Soto Paling Top di BSD City


Menghabiskan akhir pekan dengan menikmati kuliner favorit bersama keluarga, tentu merupakan hal menyenangkan. Begitu pula yang ingin saya lakukan di akhir pekan kemarin, tepatnya hari Sabtu tgl. 26/9.

Saya membuat rencana untuk jalan sambil jajan di sekitar tempat tinggal saja. Kebetulan tempat tinggal saya (di BSD City) dikelilingi oleh banyak pilihan kuliner. Kuliner apa saja ada, mau kuliner tradisional atau internasional, tinggal pilih sesuai selera.

Sebelum menentukan tempat makan, saya bertanya kepada suami (saya memanggilnya dengan sebutan mas) ingin menikmati makanan seperti apa. Katanya ingin makanan tradisional. Terserah mau masakan tradisional daerah mana. Yang penting selera Nusantara.

Hari Jumat, saya mulai mencari referensi. Nah, kebetulan siangnya saya ada meeting di Hotel Grand Zuri. Di sana ketemu teman yang saya anggap tahu banyak tentang tempat-tempat kuliner khas daerah. Siapa tahu diantara tempat-tempat yang dia tahu, ada yang belum pernah saya coba. Namun sayang informasi yang dia punya ternyata minim.

Kemudian, saya coba menggunakan aplikasi OpenSnap di smartphone. Mencari bantuan.

Kenapa OpenSnap?
Karena melalui aplikasi ini saya berharap ide tempat makan itu bisa saya dapatkan.

OpenSnap punya banyak fitur yang sangat membantu. Mulai dari tempat makan terdekat dan terbaru, promosi terdekat, hinggap makanan populer. 

Ini contoh kuliner yang muncul di aplikasi OpenSnap berdasarkan pencarian wilayah, lokasi, dan jenis makanan


Sebagai informasi, OpenSnap mempunyai lima feature terbaru, diantaranya:
  1. Personalized Your Food App by Bookmark: Fitur ini gunanya agar kita dapat membookmark restoran, jenis masakan, atau makanan favorit kita. Kita bisa pilih restoran yang banyak dibookmark oleh Food Lovers. Semakin banyak dibookmark berarti semakin digemari. 
  2.  Social Visited: Di sini kita bisa saling follow dengan sesama Food Lovers yang bisa jadi sudah kita kenal di sosial media lain atau baru kenal di OpenSnap ini. Kita bisa tahu teman kita sudah berkunjung ke restoran mana saja. 
  3. Map View: Kita dapat melihat restoran terdekat yang berada di lokasi tempat kita berada. Misalnya, Restoran Pinggir Pantai Terbaik yang dekat dengan tempat kita.
  4. Personalize Your Favorite Location: Kita bisa mengatur lokasi yang sering dikunjungi di laman terdepan. 
  5. Everyone Tab: Kita akan terhubung dengan Food Lovers lain yang berada di kota tempat kita berada.

Saat saya menggunakan fitur Personalized Your Food App by Bookmark, Soto Betawi H.Mamat muncul di posisi teratas sebagai kuliner Indonesia yang ada di BSD City. Ini menandakan kuliner yang satu ini mendapat bookmark terbanyak dari foodies.

Setelah menemukan kuliner yang saya cari, saya lanjutkan dengan menggunakan map view. Maka, dari lokasi saya berada saat itu (Hotel Grand Zuri) ada tiga tempat yang muncul dalam map, yaitu di AEON Mall, Latinos, dan Jalan Raya Serpong. Yang terdekat tentu saja di Jalan Raya Serpong. Sekitar 100 meter jaraknya.

Dengan berjalan kaki, saya mendatangi warung Soto Betawi H.Mamat. Niat hati sekedar mampir dan melihat-lihat. Persiapan untuk besok hari Sabtu. 

Warung soto Betawi H.Mamat kini (bangunan baru tiga tingkat di sebelah kiri) & bangunan lama (sebelah kanan)

Oh ya, sebetulnya saya sudah pernah beberapa kali mampir ke warung ini, tapi sudah agak lama. Biasanya, jika ingin makan soto Betawi, kami pergi ke Soto Betawi H.Mukti dekat WTC. Nah, dua orang ini, H.Mamat dan H.Mukti adalah kakak adik, saudara kandung. Warung H.Mukti-lah yang paling sering kami sambangi.

Sesampainya di warung H.Mamat, saya kaget. Ada tulisan “Tutup” terpasang di pintunya. Saat itu saya pikir tutupnya mungkin karena para pelayan sedang istirahat dan salat jumat. Tapi, seorang penjaga warung bercerita, katanya warung H.Mamat sudah pindah.

Hah!?

Hari Sabtu tiba. Rencana untuk kulineran tetap dilanjutkan. Sebelum pergi kulineran, kami terlebih dahulu menaruh mobil di bengkel dealer. Hari Sabtu itu mobil kami memang mendapat jadwal service. Petugas bagian pelayanan mengatakan bahwa mobil akan dikerjakan sekitar 2 jam. Dari pada menunggu lama di bengkel, akhirnya kami putuskan untuk keluar dan jalan-jalan mencari makanan.

“Ayo buka lagi OpenSnapnya. Kita cari referensi kuliner lain selain soto H.Mamat,” ajak suami.

“Saya penasaran apa benar warungnya sudah tutup,” lanjutnya. Warung yang dimaksud lokasinya tak jauh dari bengkel mobil kami. Tepat di seberang deretan show room mobil yang terletak di Jalan Raya Serpong.

Saya sebenarnya juga penasaran. Lalu kami jalan kaki, naik jembatan penyeberangan, dan berjalan sekitar 100 meter ke arah Teras Kota. Saat akan melintasi warung soto yang sudah tutup itu, saya heran sebab di tempat parkirnya penuh mobil, luber hingga ke bahu jalan. Pemandangan itu biasanya terlihat hanya jika warung soto buka.
Tempat makan di teras

Selalu ramai

Tak ada meja yang kosong

Sebuah bangunan bertingkat tiga, bercat hijau, mengundang perhatian saya. Bagian depannya ramai dipenuhi orang. Meja dan bangku di terasnya penuh pelanggan sedang makan. Saya membaca tulisan di atas bangunan. Tertulis besar-besar “Soto Betawi H.Mamat.”


Lha, warungnya buka.

Oh, ternyata yang dimaksud sudah tutup itu adalah warung lama. Selama ini bangunan warung lama itu hanya ngontrak. Kini kontraknya sudah habis. Warung soto pindah ke bangunan bertingkat tiga. Bangunan baru, milik pribadi H.Mamat.

"Ini adalah hari pertama kami buka sejak pindah ke tempat baru," ucap seorang pelayan yang menghampiri meja saya. 

Masih seperti dulu, menu yang disediakan berupa soto daging/campur, sop daging/campur, oseng daging/campur, soto/sop/oseng ayam, sate ayam, dan sate kambing. Untuk tambahannya berupa nasih putih, nasi goreng, gado-gado/karedok, ayam goreng, empal goreng, tahu/tempe goreng, Bakwan udang/perkedel/jagung, kerupuk, emping dan otak-otak.

Pilihan minuman berupa es jeruk, es teh manis, teh botol sosro/fruittea, minuman soda, air mineral, es the, es susu soda, es kelapa, dan es podeng. 

 Oseng Daging Campur Betawi

Soto Daging Betawi

Nasi bertabur bawang

Acar pelengkap soto

Es jeruk peras

Mas menyukai soto daging. Tiap makan di Soto Betawi, soto daging adalah favoritnya. Jika di warung H.Mukti biasanya bisa pakai kuah susu (kuah soto pakai susu), di H.Mamat hanya tersedia kuah santan. Untuk minuman, mas lebih suka teh tawar. Kata mas, mudah-mudahan teh tawar itu bisa meminimalisir santannya (emang bisa ya?). Maklum, dia takut kolesterolnya naik he he.

Saya sendiri memilih oseng daging. Menu ini sama saja dengan soto. Hanya saja daging dan kuahnya dipisah. Daging dioseng dengan irisan cabe rawit, mirip tumisan. Saya suka dagingnya dimasak seperti ini. Tercium aroma wangi. Rasanya pun lebih sedap. Cara makannya, oseng daging dimasukkan dalam piring nasi, lalu dikuahi dengan kuah soto (kuah santan).

Kedua menu ini sama enaknya. Kuahnya kaya rasa. Apalagi dimakan dengan tambahan acar, perasan air jeruk limo, kecap, dan tambahan sambal cabe. Makin sedap. Makin nikmat.

Harga satu porsi soto daging maupun oseng daging sama-sama Rp 30 ribu per porsi. Sedangkan teh tawar Rp 5 ribu. Untuk es jeruk peras yang saya pesan harganya Rp 15 ribu per gelas.
 


Kami makan di lantai dua. Dekat jendela dan balkon. Sama seperti di lantai dasar, lantai dua penuh pengunjung. Kami harus menunggu beberapa saat sampai ada meja kosong.

Seorang pelayan wanita melarang saya memotret ruangan. Kalau makanan yang saya pesan boleh difoto. Saya tanya kenapa, dia tak memberi alasan. Saat di kasir saya tanya, apa benar dilarang moto. Katanya ga masalah. Boleh-boleh saja.

Kasirnya bernama Harry. Masih muda. Dia cucu H.Mamat. Ibunya adalah anak dari H.Mamat. Neneknya saat itu ada di dekatnya. Saya mau dikenalkan. Tapi tidak jadi karena kemudian neneknya berbicara dengan pengunjung lain. 


Kata Harry, mereka malah senang kalau ada yang foto-foto untuk tujuan memberitahu orang lain lewat media sosial.

Harry, cucu pak H.Mamat

Sewaktu hendak membayar, saya baru sadar uang di dompet tersisa Rp 80 ribu saja. Astaga, saya lupa belum menarik uang dari ATM.  Kalau kurang, saya bisa malu. Sementara si mas sudah di luar warung. Untunglah di kasir sedia mesin debet BCA. Nggak jadi malu. 

Dulu, warung soto H.Mamat masih sederhana. Bangunan masih ngontrak, tak sedia mesin pembayaran, dan tempatnya kecil. Sekarang, pak H.Mamat telah sukses berkat jualan soto. Usaha kulinernya makin maju dan berjaya.

Kini soto Betawi H.Mamat punya enam cabang, yaitu di Rawa Buntu Taman Tekno, Ruko Boulevard Summarecon, Ruko Karawaci Pasar Modern, Ruko Tangerang City, The Breeze BSD, dan di food court AEON Mall.

Bagi yang ingin menikmati soto Betawi H.Mamat pada waktu weekdays, datanglah lebih awal. Sebab di jam makan siang, tempat ini sangat ramai. Minimnya tempat parkir bisa memancing rasa tak sabar. Belum lagi kalau meja sedang penuh, harus antri untuk dapat meja. Tapi percayalah, semua itu terjadi karena kelezatan Soto Betawi H.Mamat tak diragukan lagi. 

Meski ramai pengunjung, warung ini punya banyak pelayan. Kerjanya cepat. Jika pengunjung sudah dapat meja, pelayan langsung datang. Minuman dan makanan tidak perlu lama ditunggu, karena para pelayan tangkas bekerja.

Jadi, kalau ingin mencari tempat makan soto Betawi paling enak di Tangerang Selatan, gunakan OpenSnap untuk mencari referensi.


Sudah mencicipi Soto Betawi H.Mamat BSD? Jika belum, mampir dan cobalah nikmati kelezatannya. 

HALAL


SOTO BETAWI H.MAMAT
Jl. Raya Serpong, depan dealer Suzuki/Nissan
Serpong - Tangerang Selatan
Telp: 021-98266642 /0813-14476363

POP! Hotel, Murah dan Ramah Lingkungan


Kehadiran hotel bintang dua ini telah melengkapi rangkaian kebutuhan traveler selama tinggal di Tanjung Karang. Selain menawarkan nuansa ceria dan layanan unggulan, lokasi strategis yang kerap diburu pun berhasil menjadi andalan. 


*****


A modern stylish budget hotel for smart and eco-friendly travellers adalah konsep yang dirancang Tauzia Hotel Management yang mengelola POP! Hotel. Interior hotel tampil ceria dengan warna–warna cerah. Menciptakan kesan unik dan energik. Lobby hotel didesain penuh warna, begitu pun di dalam kamar. Merah, kuning, hijau, biru, orange mewarnai tiap sudut hotel. 

Kesan ceria juga terlihat dari seragam karyawan yang bergaya casual. Bahkan topi dan wig pun digunakan untuk menambah kesan funky dan trendy. Warna-warna cerah juga mendominasi meja dan kursi makan. Meriah seperti ruang kelas anak TK. 


Tamu-tamunya cerah ceria seperti hotelnya! :D
Lobby
Desain unik dengan warna-warna enerjik
Funky & trendy!

Selain penampilan yang unik dan menarik, hotel juga menyediakan fasilitas lengkap, suasana yang nyaman, dan pelayanan yang sangat baik dari para staff hotel. Akses WIFI dapat dinikmati di seluruh area hotel. Fasilitas layanan meja depan selama 24 jam. Tersedia fasilitas mesin penjual minuman di area lobi. 


POP! Hotel terkenal dengan harga kamarnya yang murah. Meskipun murah, fasilitas yang bisa didapatkan beragam. Dan tentunya tidak murahan. Akses WIFI gratis, LCD TV, TV kabel, safe deposit box, free morning bites, dan air minum gratis di semua kamar.

Kamar POP! Hotel hadir dengan tempat tidur yang nyaman dan kamar mandi yang unik. Tersedia pilihan twin bed dan double bed dengan 100% linen putih yang bersih dan lembut. Warna hijau muda dan abu-abu mendominasi warna dinding kamar. Menciptakan kesan teduh dan menenangkan.


King size

Sofa untuk tamu tambahan

bathroom amenities

Hotel tidak menyediakan extra bed. Tetapi di kamar tersedia sofa yang bisa digunakan tidur. Itu sebabnya setiap kamar bisa ditempati untuk tiga orang tanpa biaya tambahan. Selimut tambahan juga tersedia. Terlipat rapi dalam kemasan plastik. Tinggal dibuka jika hendak digunakan. Karena kamar untuk tiga orang, maka free morning bites (sebutan untuk breakfast di POP! Hotel) juga diperuntukkan tiga orang.

Kamar mandi minimalis berbentuk kapsul dilengkapi amenities simple berupa sabun dan shampoo sachet. Memang agak sempit tapi kondisinya bersih. Setidaknya nyaman untuk urusan bersih-bersih yang sifatnya seperlunya. 


POP! Hotel Tanjung Karang memiliki 10 lantai dengan kapasitas 168 kamar. Terdiri dari 120 kamar berukuran King dan 48 kamar berukuran Queen. Untuk sekedar beristirahat dan tidur, kamar minimalis hotel ini cukup memadai. Tata letak washtafel, cermin, dan gantungan pakaian menyelaraskan luas ruangan, sehingga tak membuat kamar makin terlihat minimalis. Di dalam kamar tidak diperbolehkan merokok, namun tersedia smoking area yang bisa digunakan. 



bathroom (kiri), washtafel & cermin di sudut kamar (kanan)

Pemandangan kota Tanjung Karang di balik jendela kamar

POP! is low in cost. High ini value

Hotel ini merupakan POP! Hotel pertama yang ada di Sumatra dan hotel budget pertama di Bandar Lampung. Kelebihan POP! Hotel terletak pada konsep bujet itu sendiri. Tidak ada spa atau fasilitas lain yang mewah, tapi bisa menghemat uang lebih banyak namun tetap mendapat penginapan yang nyaman. Karena harga yang murah, hotel ini juga cocok untuk backpacker lho!


POP! Hotel ramah lingkungan.

Satu hal yang paling penting, POP! Hotel Tanjung Karang mengusung Eco-friendly dengan mengajak tamu untuk belajar bijak mengolah energi listrik. Jika jeli, di dekat lift di lantai dasar terdapat kotak warna biru bertuliskan “Feed me your batteries!”. Dalam hal ini jelas POP! Hotel mengajak setiap tamu mengumpulkan batu batere tak terpakai untuk di-recycle

Kalimat “Use Less Energy Today!”, "Save our turtles today!", dan “Leave your cars and motorbikes at home today!” yang tertulis di pintu lift juga merupakan seruan untuk ramah pada lingkungan.

Ajakan untuk ramah lingkungan tercermin dari 3 macam tong sampah & tulisan-tulisan di pintu lift
Pintu kamar warna-warni dan lorong tanpa AC

kipas-kipas pengganti AC, dinyalakan hanya ketika dibutuhkan

Konsep ramah lingkungan juga terlihat dari banyaknya tong sampah yang memisahkan sampah organik, plastik, dan kertas. POP! Hotel telah menerapkan hemat energi di bangunannya sendiri. Salah satunya dengan meniadakan pendingin udara pada lorong-lorong kamar. Udara agak panas memang terasa saat kami berjalan menyusuri lorong menuju kamar maupun runag pertemuan.

Lain halnya dengan lobby dan kantin, kedua tempat ini menggunakan AC sehingga terasa sejuk dan nyaman. Perbedaan tersebut disesuaikan dengan fungsinya, di mana koridor di tiap lantai hotel terbilang sebagai ruang yang jarang ditempati. Hanya sekedar dilintasi. Sedangkan lobby dan kantin merupakan tempat yang paling sering ditempati oleh tamu dalam waktu yang lama.
 

Lokasi strategis, terletak di jantung kota Bandar Lampung

Bicara tentang lokasi yang strategis, POP! Hotel memenuhi kriteria ini. Terletak di pusat kota Bandar Lampung. Banyak dikelilingi tempat kuliner. Tidak terlalu jauh dari bandara. Dekat dengan tempat-tempat wisata dan tempat belanja oleh-oleh. Berdekatan dengan dua minimarket Alfamart dan Indomaret. Bahkan, hotel hampir tak berjarak dengan kedai Kopi Oey.

Keberadaan Kopi Oey membuat fasilitas POP! Hotel Tanjung Karang semakin lengkap. Kedai kopi ke-34 milik master kuliner Bondan Winarno itu tak hanya memanjakan para penikmat kopi, tetapi juga memudahkan tamu hotel menikmati ragam kuliner Nusantara hingga IndoChina. Kebetulan owner POP! Hotel Tanjung Karang juga merupakan penanggung jawab dari Kopi Oey yang terkenal dengan tagline Koffienya Mantep, Harganja Djoedjoer (Kopinya Mantap, Harganya Jujur). 



Dinner di Kopi Oey

Di foto dari balkon kedai Kopi Oey

Hotel ke 9 dari POP! Hotel ini berjarak sekitar 90 km dari Pelabuhan Bakauheni. 30 km dari bandara Radin Intan. Bagi yang ingin berwisata ke Museum Nasional lampung, jaraknya 6 km dari hotel. 7 km ke Bumi Kedaton, dan 15 km ke Pantai Mutun. 

POP! Hotel merupakan budget hotel yang dilengkapi dengan fasilitas pertemuan bisnis. Terdapat tiga function room yang diberi nama Fizz, Hip, dan Buzz. Kapasitas ruang pertemuan sampai dengan 100 orang. 

Tiga function room

Ruang rapat berkapasitas sampai 100 orang

Menu sarapan terbilang minimalis. Sewaktu menginap di sana, menu buffet yang tersaji berupa lontong sayur, roti tawar dengan selai, kacang hijau dengan roti, minuman teh dan kopi, serta buah pisang. Tak banyak pilihan, tetapi apa yang disediakan sudah lebih dari cukup. Oh ya, untuk lontong sayur kita tidak ambil sendiri, melainkan diambilkan. Seperti dijatah. Mungkin karena tamunya ramai, ya. Semua mesti kebagian.

Suasana kantin tampak indah dengan warna-warna cerah pada meja, kursi dan lampu gantung minimalis. Sarapan berteman suasana ceria seperti ini tentu membangkitkan selera makan. Saya merasakannya sendiri. Meski agak tak biasa sarapan dengan lontong sayur yang berisi irisan lontong, telur, tempe, dan sayuran semacam lodeh yang diguyur dengan kuah opor, tapi saya tetap bisa menyantapnya. Nikmat. Kenyang. 


Suasana di kantin
Sarapan
Lontongnya disendokin
Antri lontong
Yang punya kamera sedang menikmati lontong
Menu sarapan *kacang hijau+roti lupa difoto*


Jadi, jika Anda ingin keliling Lampung, menghabiskan lebih banyak waktu dengan mengunjungi tempat-tempat wisata terkenal di Lampung, seperti Pantai Krui, Way Kambas National Park, Menara Siger (Lampung landmark), Pantai Pasir Putih, Teluk Kiluan, dan Taman Purbakala Pugung Raharjo, maka beristirahatlah di hotel yang berlokasi di tempat paling strategis yang memberikan kenyamanan dan pelayanan yang memuaskan. 



View kota Tanjung Karang dari lantai 10 POP! Hotel
Area parkir di belakang hotel

Biar kekinian, foto di puncak tertinggi POP! Hotel
Sampai jumpa lagi POP! Hotel

Cara mudah reservasi kamar di POP! Hotel yaitu dengan log on ke pophotels.com, atau via telepon ke nomer 0721-241742, dan bisa juga melalui email ke: info-pop-tjkarang@tauzia.com. 

POP! Hotel Tanjung Karang
Address: Jl. Wolter Monginsidi No. 56 Bandar Lampung 35214 
Lampung - INDONESIA
Telephone: 0721-241742 Fax: 0721-241724
Website: http://www.pophotels.com/
Facebook: http://facebook.com/pophotels
Twitter: @POPHotels
Email: callcenter@tauzia.com 






*Semua foto dokumentasi Katerina