Ceria Dengan Payung Pelangi Serba Guna


Assalamu'alaikum Wr Wb,

Pernah mengalami membeli payung hingga belasan kali? Saya pernah! Bangga dengan rekor ini? Tentu saja tidak. Gimana mau bangga kalo beli payung berulang kali disebabkan kehilangan payung berkali-kali? Ini kan ceroboh namanya. Jadi, ini bukan rekor positif melainkan rekor negatif yang aneh bin ajaib hehe.

Penyebab saya sering kehilangan payung biasanya karena ketinggalan usai dipakai dan ditaruh di suatu tempat ketika sedang bepergian di luar rumah. Maklum, yang punya payung ini udah agak tua, ingatannya mulai melemah hehe. Jika sudah ketinggalan di suatu tempat, saya jarang mengambilnya kembali. Apalagi kalau tempatnya jauh dari rumah, akan buang waktu dan ongkos jalan saja jika diambil. Belum macetnya.

Seringnya saya membeli payung tidak melulu karena faktor kehilangan. Kadang karena payungnya ada yang minta, kadang karena payungnya memang sudah rusak, bahkan kadang karena ada yang meminjam tapi tidak pernah mau mengembalikan. Biasanya jika sudah terlalu lama dipinjam saya jadi malas memintanya kembali. 

Payung bukanlah benda mahal. Jika ada yang meminta karena butuh, saya kira bukan suatu yang berat untuk diberikan. Terkadang ada yang meminta bukan karena butuh, tetapi karena suka dengan motif payungnya. Kalau meminta sesekali tidak apa, kalau keseringan itu namanya merampok haha.


Pokoknya ada saja hal-hal yang menyebabkan payung saya berkurang dan bikin saya beli payung lagi, lagi, dan lagi.

Meskipun terbilang rajin beli payung (untuk diri sendiri) hingga 16 kali (rajin dong saya ngitungnya), yang mana dalam satu kali beli kadang bisa 1-2 payung, tidak berarti stock payung saya banyak. Saya hanya punya tiga. Dua payung untuk persediaan di rumah, satu payung untuk persediaan di dalam mobil.

Akhir bulan Desember 2014 kemarin saya beli payung lagi. Nah, kan!

Sebetulnya tidak alasan apapun untuk membeli payung baru selain karena anak saya tiba-tiba tertarik pada payung yang kami lihat saat melintas di sebuah toko. Yang bikin menarik dari payung itu adalah 16 warna yang melekat pada bahan polyesternya. Bentuk payungnya besar, lebar, kuat, unik dan tampak begitu ekslusif. Di toko tersebut, payung pelangi itu beda sendiri dengan payung lainnya yang lebih kecil dan pendek. Sepertinya tinggal satu-satunya sebab tidak ada lagi yang serupa. Saya bahkan sempat menyangka jangan-jangan payung itu payung magic 3D yang ajaib itu. Setelah saya cek ternyata bukan.

Pernah dengar Payung Magic 3D kan?  Itu lho payung ajaib yang jika terkena air, akan muncul motif-motif lucu dan unik seperti motif bunga di permukaannya. Saya sih belum punya. Hanya pernah melihat punya teman.


Berhubung payungnya bagus, saya pun suka. Tapi saya jadi mikir, apa saya ga ‘kebanting” kalo pake payung segede itu? Hehe. Yang ada dalam pikiran anak saya waktu itu lain lagi, katanya payung pelangi besar itu asyik untuk dipakai main tenda-tendaan. “Mama, apa aku boleh beli payung ini buat main tenda sama kucing?” tanyanya. Hadeuh…baru kali ini beli payung buat jadi mainan.

Cita-cita anak saya main tenda-tendaan pakai payung pelangi kesampaian. Payung besar itu saya sambung pakai kayu lalu saya tancapkan di halaman. Sejak itu hampir tiap hari anak saya duduk dan tidur-tiduran di bawah tenda payung. Makan pagi, siang, dan sore pun ingin di bawah payung. Untung tidak sekalian minta mandi dan tidur malam di bawah payung itu juga.

Sayangnya baru 10 hari digunakan anak saya sudah bosan dengan payung pelanginya. Sekarang setelah payungnya sudah tidak lagi dipakai buat main tenda, gantian saya yang pakai. Ternyata enak juga pakai payung lebar, lebih luas hehe. Cuma ya itu tadi, gagangnya kan lebih besar dan panjang, jadi harus dipegang lebih kuat. Yang asyik sih payung lebar ini bisa muat untuk tiga orang sekaligus. Lumayan kan jadi lebih romantis, ga pake payung sendiri-sendiri kalo jalan bareng hehe.


Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, stock payung di rumah saya tidak banyak. Sedikit namun benar-benar dimanfaatkan. Tidak hanya dalam kondisi cuaca hujan tetapi juga dalam cuaca terik.

Terus terang saya ini termasuk orang yang sangat takut pada sinar matahari, khususnya untuk bagian terbuka seperti wajah. Kalo selain wajah saya sih tidak khawatir soalnya sehari-hari kalau keluar rumah sudah pasti pakai baju yang menutup seluruh badan. Punya rasa takut pada sinar matahari ini agak aneh sebetulnya, sebab saya ini kan suka jalan-jalan ke alam terbuka, gimana caranya jalan kalau takut kena sinar matahari? Saya sih selama bisa bawa payung saat traveling ya saya bawa. Kalau payung bikin repot saya pake topi lebar. Makanya saya ke mana-mana bawa topi. Tahu kan topi andalan saya? Itu lho topi putih lebar yang sering muncul dalam foto-foto saya. Hehe.

Saya sudah pernah merasakan efect buruk sinar ultraviolet (UV) pada kulit wajah saya sehingga harus menjalani chemical peeling sebanyak 5 kali. Saya kapok. Betul-betul kapok. Itu sebabnya untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV saya tidak pernah lagi lalai menggunakan tabir surya, dan sebisa mungkin selalu membawa topi dan payung setiap bepergian di bawah cuaca terik.


Payung dinilai efektif melindungi kulit dari sinar matahari. Hal ini pernah dijelaskan dalam sebuah penelitian yang dimuat di situs media online Merdeka.com, seperti  berikut ini:
“Payung tak hanya digunakan saat hujan deras. Tetapi ketika matahari sedang bersinar terang dan garang, payung juga bisa digunakan untuk melindungi kulit dari sinar ultraviolet, ungkap penelitian di Meroy University, Atlanta.

Mereka menemukan bahwa payung bisa menghalangi rata-rata lebih dari 3/4 cahaya UV pada hari yang cerah. Payung yang berwarna hitam bahkan bisa menahan sinar matahari hingga 90 persen.

"Selain menggunakan tabir surya, aku menyarankan orang untuk menggunakan penangkal matahari yang lain," ungkap Dr Brundha Balaraman, peneliti dan dermatolog dari Washington University School of Medicine di St. Louis, seperti dilansir oleh Reuters Health (20/03).

Selain menggunakan payung, Balaraman juga menyarankan untuk memakai topi lebar atau baju yang melindungi dari sinar ultraviolet. Benda-benda tersebut bisa menjadi alternatif yang baik jika sedang tak memungkinkan untuk memakai tabir surya.

Dalam penelitian ini Dr. Supehy Chen dan rekannya ingin menguji apakah payung bisa digunakan untuk melindungi wanita dari sinar matahari. Mereka melakukan percobaan pada 23 jenis payung menggunakan alat penghasil sinar UV.

Payung yang dibuat khusus untuk menahan matahari berhasil menahan hingga 99 persen sinar UV, sementara payung hujan bisa menahan sinar matahari sebanyak 77 persen.
Menggunakan payung bisa berguna untuk orang yang bepergian atau pemain golf. Namun menyarankan orang untuk membiasakan diri membawa dan menggunakan payung di hari yang cerah tampaknya bukan hal mudah.”
Sumber : http://www.merdeka.com/sehat/payung-bisa-menangkal-90-persen-sinar-uv.html

Jelas ya kalo payung itu punya manfaat baik untuk kesehatan kulit :) 

Jadi, saya tidak heran kalau melihat ada orang ke mana-mana pakai topi dan payung karena sudah tahu tujuannya bukan untuk gaya-gayaan, apalagi karena takut kulit jadi hitam.



Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

9 komentar

  1. Sering kali beli payung, penyebabnya karen hilang atau tercecer entah di mana kalo bepergian. Selaluuu dah, apalagi kalo bukan payung lipat, hahaaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak betul. Kalo payung bukan lipat potensi hilangnya lebih besar ya.

      Aku sih sering banget hilang payung pas musim hujan :D
      Biasanya kalo datang ke suatu tempat saat hujan, payung kan biasanya ditaruh di luar. Entah di luar minimarket, rumah makan, tempat senam, atau tempat mana pun. Pas keluar hujan sudah reda, dan karena merasa ga perlu pake payung lagi, akhirnya lupa, jadi ketinggalan deh. Ingatnya kadang sudah jauh. Mau balik lagi males. Ya udah diikhlaskan deh diambil orang. Kalo kebetulan dateng lagi ke tempat itu, ya diambil. Itupun kalo masih ada. Seringnya sih ga ada lagi haha.

      Hapus
  2. agak jarang make payung, mungkin karena kalau hujan males keluar atau lebih sering pake mantel ya mbak.. hihi

    bapakku juga suka banget pake payung lebar kalo ke mushola, aku juga.. badan lebar asiknya payungnya juga lebar hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya bisa jadi karena itu. Pakai mantel jadi ga ribet saat jalan. Bisa lari juga ya. Kalo payung dibawa lari malah susah. Kedorong angin, bikin kayak mau kejengkang ke belakang. Apalagi mbak Rien kan mungil...bisa-bisa terbang haha

      Jarak rumah dengan mushola jauh ya? Mungkin ga kuat panasnya ya bapaknya.
      Hahaha...badan lebar payung lebar, berarti ga muat ya kalo jalan berduaan :D

      Hapus
  3. Hahaha aku aku ndak punya payung nih, Mbak. Mau beli galau. Soalnya beberapa payung sebelumnya itu selalu rusak. Hiks. Ada yang patah, copot jerujinya dan sobek. Parah :(

    Meluncur ke tekape dan ternyata murceeee! :)

    Salam,

    Tarie

    www.jejaksematawayang.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok selalu rusak? Di pake buat apaan? Mukul orang? :))
      Kalau sekedar copot jeruji biasanya masih bisa dibenerin, Tar. Kalo patah, ganti gagang sapu aja :p
      Kalau ga bisa diapa-apain lagi, dilem biru aja. Lempar beli baru :D

      Terima kasih, Tari ^_^

      Hapus
    2. Aha! Gagang sapu! wkwkwk :p

      Sampe komen ini diunggah belom ada payung baruuu :D

      Tarie
      www.jejaksematawayang.com

      Hapus
    3. Wuahahaha....
      Pesen online aja kalo ga ada waktu buat ke pasar nyari payung :))

      Hapus
  4. Halo. Tim saya ingin membuat tas memakai bahan yang sama dengan payung di atas. Apakah ada yang tau nama bahan, atau dimana bahan yang mengeluarkan motif ketika terkena air tersebut dijual?

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!