Lalampah K'A' Baduy 1 : Para Pencari Makna

Desa Baduy Luar

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Nge-trip lagi bareng geng wuki. Alhamdulillah dapat pengalaman baru lagi, teman baru, juga ilmu baru. Tak sia-sia berjalan kaki sejauh 20 km pulang pergi melintasi hutan serta bebukitan terjal untuk merasakan dan melihat suasana desa (beserta penduduknya) yang jauh dari kemajuan jaman. 

Pergi menjejak wilayah terpencil dengan alat komunikasi yang tak bisa digunakan, tanpa posko kesehatan modern, tanpa perbekalan lengkap dan memadai, tanpa menggunakan segala fasilitas harian ala rumah, tanpa tubuh kekar nan gagah, dan tanpa-tanpa lainnya, sungguh sebuah pengalaman yang akan selalu lekat dalam ingatan saya.  

Sebagai seseorang yang gemar mencari sesuatu yang baru, kata 'baru', ataupun 'jauh' tentunya telah akut mengobsesi diri. Untuk apa? Ah, setiap orang mungkin akan berbeda jawaban setiap kali ditanya tentang tujuan. Tapi saya yakin, pada akhirnya setiap jawaban akan berujung pada satu hal yang disebut makna. 

 Narsis bersama di Stasiun Duri - Jakarta

 Setiba di Ciboleger, disambut panas terik

Ada 36 orang peserta yang bergabung dalam trip ke Baduy ini. Sangat ramai dan seru pastinya. Kebersamaan selama 2 hari 1 malam, telah menciptakan keakraban yang penuh warna. Hangat bagai keluarga, ceria penuh canda, dan ringan tangan dalam balutan rasa setia kawan yang indah.


 Seneng bisa jalan bareng dengan Zahra, Agus, dan Mbak Andrie lagi

Usai jalan kaki 10 km: lelah, haus, dan lapar! :D

Trip ini jadi istimewa karena untuk pertama kalinya saya naik kereta (di Indonesia). Penuh sesak dan kepanasan. Gerbong laki-laki dan perempuan jadi satu. Pedagang hilir mudik, pengemis dan pengamen lalu lalang mengusik kantuk yang saya tahan sejak dini hari. Bangku untuk 2 penumpang diduduki 3 orang. Bangku 3 penumpang diduduki 4 orang. Beberapa lainnya, berdiri tegak sepanjang perjalanan kereta. Penjual tahu Sumedang, nasi uduk, buah salak, dan aneka suvenir, riuh menawarkan dagangan. Pengamen bernyanyi penuh semangat, dan pengemis buta berjalan tertatih sambil menadahkan kantung bekas permen. Beragam aroma menusuk hidung, membuat saya terdiam sambil menyeka keringat yang membanjiri sekujur badan. Sungguh sebuah kenikmatan yang tak pernah saya jumpai sebelumnya. Ajaib!
Pertama kali naik kereta :D

Suasana dalam kereta, oh sungguh nikmatnya :D

2 jam naik kereta dari St.Duri Jakarta ke St. Rangkas Bitung. 1,5 jam naik ELF dari St.RB ke Ciboleger. 3 jam berjalan kaki sejauh 10 km (PP 20 km). Total 6,5 jam untuk kemudian tiba di desa terasing yang dihuni oleh masyarakat Suku Baduy Dalam. Melintasi hutan, belasan tanjakan dan turunan terjal. Rasanya sulit dipercaya bisa melalui perjalanan seberat itu, tapi kenyataannya saya bisa melewatinya. Lelah, tapi sangat setimpal dengan apa yang diperjuangkan.

Untuk pertama kalinya pula bagi saya pergi jalan kaki sejauh 10 km (PP 20 km). Lalu, apa lagi? Oh, masih sangat banyak pengalaman unik lainnya yang saya dapatkan. Dan sependek ini saya menyebutnya 'ekstrem'. Mengenal kehidupan penduduk Desa Baduy yang sarat dengan aturan adat juga menjadi bagian yang sangat berarti. Banyak informasi menarik dan unik tentang desa Baduy yang akan saya singkap pada tulisan berikutnya.

Foto bersama dengan para porter yang berasal dari Desa Baduy

Tetap ceria dan penuh semangat seusai berlelah-lelah masuk dan keluar Baduy

Selamat kembali ke rumah masing-masing. Sampai jumpa lagi.


*Lalampah K 'A' Baduy = Jalan-Jalan ke Baduy



Kenangan bersama porter yang sama saat datang dan pulang

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »
Give us your opinion

Leave your message here, I will reply it soon!