Dimuat Di Majalah Cita Cinta No. 13 Bulan Juni 2014

Assalamu'alaikum Wr Wb

Alhamdulillah artikel tentang pengalaman menjejak Desa Bohe Silian di Pulau Maratua (Kepulauan Derawan) pada 17-21 April lalu dimuat di Majalah Cita Cinta. Artikel saya buat dan kirim ke redaksi pada bulan April, dan baru bulan Juni ini dimuat. Sabar mengantri hehehe


Cover


  Artikel dimuat di rubrik Fun Time sebanyak 4 halaman dengan 10 foto



Alhamdulillah

Lalampah K'A' Baduy 1 : Para Pencari Makna

Desa Baduy Luar

Assalamu'alaikum Wr Wb,

Nge-trip lagi bareng geng wuki. Alhamdulillah dapat pengalaman baru lagi, teman baru, juga ilmu baru. Tak sia-sia berjalan kaki sejauh 20 km pulang pergi melintasi hutan serta bebukitan terjal untuk merasakan dan melihat suasana desa (beserta penduduknya) yang jauh dari kemajuan jaman. 

Pergi menjejak wilayah terpencil dengan alat komunikasi yang tak bisa digunakan, tanpa posko kesehatan modern, tanpa perbekalan lengkap dan memadai, tanpa menggunakan segala fasilitas harian ala rumah, tanpa tubuh kekar nan gagah, dan tanpa-tanpa lainnya, sungguh sebuah pengalaman yang akan selalu lekat dalam ingatan saya.  

Sebagai seseorang yang gemar mencari sesuatu yang baru, kata 'baru', ataupun 'jauh' tentunya telah akut mengobsesi diri. Untuk apa? Ah, setiap orang mungkin akan berbeda jawaban setiap kali ditanya tentang tujuan. Tapi saya yakin, pada akhirnya setiap jawaban akan berujung pada satu hal yang disebut makna. 

 Narsis bersama di Stasiun Duri - Jakarta

 Setiba di Ciboleger, disambut panas terik

Ada 36 orang peserta yang bergabung dalam trip ke Baduy ini. Sangat ramai dan seru pastinya. Kebersamaan selama 2 hari 1 malam, telah menciptakan keakraban yang penuh warna. Hangat bagai keluarga, ceria penuh canda, dan ringan tangan dalam balutan rasa setia kawan yang indah.


 Seneng bisa jalan bareng dengan Zahra, Agus, dan Mbak Andrie lagi

Usai jalan kaki 10 km: lelah, haus, dan lapar! :D

Trip ini jadi istimewa karena untuk pertama kalinya saya naik kereta (di Indonesia). Penuh sesak dan kepanasan. Gerbong laki-laki dan perempuan jadi satu. Pedagang hilir mudik, pengemis dan pengamen lalu lalang mengusik kantuk yang saya tahan sejak dini hari. Bangku untuk 2 penumpang diduduki 3 orang. Bangku 3 penumpang diduduki 4 orang. Beberapa lainnya, berdiri tegak sepanjang perjalanan kereta. Penjual tahu Sumedang, nasi uduk, buah salak, dan aneka suvenir, riuh menawarkan dagangan. Pengamen bernyanyi penuh semangat, dan pengemis buta berjalan tertatih sambil menadahkan kantung bekas permen. Beragam aroma menusuk hidung, membuat saya terdiam sambil menyeka keringat yang membanjiri sekujur badan. Sungguh sebuah kenikmatan yang tak pernah saya jumpai sebelumnya. Ajaib!
Pertama kali naik kereta :D

Suasana dalam kereta, oh sungguh nikmatnya :D

2 jam naik kereta dari St.Duri Jakarta ke St. Rangkas Bitung. 1,5 jam naik ELF dari St.RB ke Ciboleger. 3 jam berjalan kaki sejauh 10 km (PP 20 km). Total 6,5 jam untuk kemudian tiba di desa terasing yang dihuni oleh masyarakat Suku Baduy Dalam. Melintasi hutan, belasan tanjakan dan turunan terjal. Rasanya sulit dipercaya bisa melalui perjalanan seberat itu, tapi kenyataannya saya bisa melewatinya. Lelah, tapi sangat setimpal dengan apa yang diperjuangkan.

Untuk pertama kalinya pula bagi saya pergi jalan kaki sejauh 10 km (PP 20 km). Lalu, apa lagi? Oh, masih sangat banyak pengalaman unik lainnya yang saya dapatkan. Dan sependek ini saya menyebutnya 'ekstrem'. Mengenal kehidupan penduduk Desa Baduy yang sarat dengan aturan adat juga menjadi bagian yang sangat berarti. Banyak informasi menarik dan unik tentang desa Baduy yang akan saya singkap pada tulisan berikutnya.

Foto bersama dengan para porter yang berasal dari Desa Baduy

Tetap ceria dan penuh semangat seusai berlelah-lelah masuk dan keluar Baduy

Selamat kembali ke rumah masing-masing. Sampai jumpa lagi.


*Lalampah K 'A' Baduy = Jalan-Jalan ke Baduy



Kenangan bersama porter yang sama saat datang dan pulang

Dimuat Di Majalah NOOR Edisi Juni 2014

Cover Noor Edisi Juni 2014

Assalamu'alaikum Wr Wb,

"Lembah Harau memiliki sajian spesial berupa lembah echo dimana jika kita berteriak sekeras-kerasnya dari sebuah titik di dasar lembah, maka suara kita akan terpantul dan menghasilkan gema sempurna sebanyak 7 kali. Konon, lokasi ini menjadi satu-satunya tempat di dunia yang dapat menghasilkan gema sesempurna itu."

Artikel yang saya tulis ini selengkapnya bisa dibaca di majalah Noor edisi Juni 2014, di rubrik Journey Of Heart.

Artikel saya di rubrik Journey Of Heart

Dimuat Di Majalah Flona Edisi Juni 2014

Cover Majalah Flona Edisi Juni 2014


Assalamu'alaikum Wr Wb,

"Pulau Kakaban adalah salah satu dari total 31 pulau yang tergabung dalam Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Sebuah pengalaman menakjubkan saya dapatkan di pulau ini, yakni berenang bersama ubur-ubur tidak menyengat yang dikategorikan langka di dunia. Di pulau ini terdapat danau air payau yang menjadi tempat tinggal ubur-ubur tidak menyengat yang diklaim memiliki ukuran terbesar dan paling beragam di dunia, termasuk empat spesies unik ubur-ubur stingless yang dapat berenang terbalik. Keberadaan ubur-ubur inilah yang membuat Kakaban pernah dipertimbangkan menjadi nominasi Situs Warisan Dunia UNESCO."  


Artikel di hal 50 & 51
*Nampang deh dengan foto diri yang sedang menyelam bersama ubur-ubur hehe

Lanjutan artikel di halaman 52 & 53
Total ada 8 foto yang dimuat

Artikel ini dimuat di Majalah Flona Edisi 138 bulan Juni 2014. Silakan beli majalahnya untuk membaca keseluruhan isi artikel :)

Terima kasih buat mbak Irawati yang sudah mendukung saya untuk menulis di Majalah Flona :)


Dimuat Di Harian Umum Suara Merdeka Minggu 01 Juni 2014


Assalamu'alaikum Wr Wb,

"Batuan yang terlihat di tebing-tebing itu, konon diyakini para ahli berasal dari jenis batuan karst bawah laut yang sangat unik dan eskotis. Tampilan granitnya tampak merona dengan semburat warna kemerahan dan kekuningan. Reliefnya juga memesona, menampakan guratan-guratan hitam berpadu warna krem dengan lapisan-lapisan penyusun yang diperkirakan telah berusia puluhan juta tahun. Memandangnya, seolah memasuki mesin waktu. Membawa kita ke dalam hutan purba ala film Jurassic Park." 

Alhamdulillah artikel tentang Lembah Harau dimuat di Suara Merdeka Minggu 01 Juni 2014. Foto di atas screenshot dari versi epapernya, karena versi korannya tidak bisa saya dapatkan. 

-Katerina


Dimuat Di Harian Umum Pikiran Rakyat 31 Mei 2014


Assalamu'alaikum Wr Wb,

Tiu Kelep adalah salah satu dari 13 air terjun yang menggantungkan airnya dari Danau Segara Anak di puncak Gunung Rinjani. Perlu upaya cukup keras untuk mencapai air terjun ini. Ketika memasuki kawasan wisata Senaru ini, langsung disuguhi turunan, lalu tanjakan panjang yang berat. Melintasi jembatan setinggi 20 meter yang tidak punya pegangan pada 1 sisinya. Menyusuri aliran sungai, lalu menyeberani sungai berarus deras. Letih? Sangat letih. Tetapi semua itu terbayar saat Tiu Kelep hadir di hadapan. Sangat indah! Terlebih ada pelangi diantara airnya yang seperti terbang.

Artikel ini dimuat di rubrik Pariwisata Harian Umum Pikiran Rakyat Sabtu 31 Mei 2014. Alhamdulillah ^_^

-Katerina