Nonton Atraksi Aneka Hewan di Ocean Dream Samudera Ancol

Berkesempatan rekreasi ke Ocean Dream Samudera Ancol (lagi) bersama anak. Di hari biasa (weekday). Tiketnya Rp 90.000,-/orang. Kami rencananya akan menonton Pentas Aneka Satwa (Burung Makau, Berang-berang, Beruang, Kuda Nil), Pentas Singa Laut, Pentas Lumba-Lumba, Pentas Underwater Theater, dan menonton Cinema 4D Turtle Vision Part. Tapi apa daya hanya 3 tempat (Pentas Aneka Satwa, Pentas Singa Laut, Pentas Lumba-Lumba) saja yang bisa disaksikan sebab kami (sebetulnya sih saya) sudah kelelahan (soalnya sesekali pake ngegendong anak segala). 
Semua tempat pertunjukan dipadati penonton. Ga nyangka di hari biasa penontonnya membludak. Yang mengecewakan waktu hendak nonton pentas lumba-lumba, kami kebagian di tempat paling atas gara-gara telat tiba. Salah sendiri sih ga merhatiin jadwal pertunjukan. Antriannya padat. Kami muter lewat belakang. Naik tangga tinggi. Sewaktu sudah di atas eh ternyata sudah ga ada lagi bangku kosong. Betul-betul rame!

Kami terpaksa berdiri sepanjang pertunjukan. Lumayan capek. Akibatnya jadi ga bisa 100% menikmati atraksi yang dipertontonkan. Next time, kalo mau dapat tempat duduk, mesti sigap ngantri. Siang-siang kalau antri di tangga, lumayan kepanasan. Kalo bawa anak, mendingan pentas lumba-lumba ini ditonton di awal (jadwal pertama).

Setelah makan siang, niatnya lanjut nonton cinema 4D, eh ternyata sedang dalam perbaikan. Wah kecewa banget. Setelah ga ada lagi yang ingin ditonton, akhirnya kami pulang.




 Burung Macau


 Berang-berang 

Beruang  Naik Sepeda


 Beruang Main Gitar


Tao Ming Tse, si beruang Afrika yang beratnya 2 Ton (2000 Kg)

 Si mulut besar yang makannya banyaaaak  

3 Singa Laut yang bernama: Syahrini, Dewi Sandra, Nike Ardilla


Singa laut galau, sedang curhat sama Mas Pelatih he he


 Penonton memadati pentas atraksi lumba-lumba



 Layar Lebar, Penonton Padat, 4 Lumba-Lumba, 4 Pelatih


 Lumba-Lumba Menangkap Gelang


 Lumba-Lumba Melompat dan Menari


 Surfing dibantu lumba-lumba


Lumba-lumba melambaikan ekor, mengucap salam sampai jumpa


Tempat Pentas Underwater

Underwater


Nah lupa, tempat apa ini :D

-------

OCEAN DREAM SAMUDERA

•Ocean Dream Samudra Ancol yang diresmikan pada Juni 1974 sebagai perwujudan cita cita  Gubernur Ali Sadikin akan perlunya sarana rekreasi untuk  mengenalkan kepada masyarakat tentang  laut beserta potensinya.
•Dibentuklah Dewan Curator yang terdiri dari Rektor Universitas terkemuka di Indonesia (Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, dll) serta lembaga lembaga nasional yang terkait untuk membangun Oceanarium yang diberi nama Gelanggang Samudra Jaya Ancol.
•Gelanggang Samudra Jaya Ancol (Ocean Dream Samudra)  merupakan unit oceanarium terbesar yang terdiri dari pentas lumba-lumba, pentas singa laut, pentas aneka satwa, peragaan satwa, akuarium ikan laut dan tawar  serta taman yang merupakan habitat beraneka macam burung.
•Samudra menjadi pusat studi konservasi ex-situ lumba-lumba (dolphinarium) karena memiliki konsep dan manajemen lumba-lumba yang paling lengkap, meliputi berbagai unsur yang saling mendukung seperti kolam penampungan lumba-lumba, water treatment, trainer/keeper, pengadaan ikan yang berkualitas, laboratorium, para medis dan dokter hewan.

Gelanggang Samudra Ancol merupakan theme park ketiga yang dikembangkan oleh Ancol, merupakan theme park edutainment bertemakan KONSERVASI yang akan mengajak pengunjung untuk dekat, mengenali dan menyayangi aneka satwa, antara lain lumba-lumba, paus putih, dan lain-lain. Pengunjung diberikan sajian hiburan, rekreasi, konservasi satwa, serta pendidikan dan penelitian biota kelautan. Saat ini, pengunjung pun sudah mulai dapat menikmati petualangan Lumba-lumba dalam legenda 1001 Malam. Pengunjung juga dapat menikmati wahana 4D (Empat Dimensi) dimana pengunjung selain dapat melihat, mendengar, mencium juga akan merasakan apa yang dilihat, seperti : cipratan air, hembusan angin dan lain-lain.

Ketiga theme park tersebut tentu saja mengusung tiga tema yang berbeda, jika Dunia Fantasi mengajak pengunjung ber-Fantasi Keliling Dunia, Atlantis mengajak pengunjung untuk melakukan Water Adventure, maka di theme park ketiga ini, Gelanggang Samudra Ancol akan mengajak pengujung melakukan exciting expedition menelusuri kerajaan-kerajaan yang hilang. 

Menumpang Kapal Menuju Pulau Tidung

 Over Load
Dermaga Muara Angke Jakarta Barat


 Over Load
Beginilah, selama kapal berlayar menuju Pulau Tidung. Berani? :D


Dari buritan kapal, nampak langit pagi belum benderang


 Menikmati Angin 
On the way to Pulau Tidung


Hanya kakiku berkaos kaki 


 Kapal Nelayan


 Duduk tenang dan senang


Sampah para mahasiswa/mahasiswi!
Setiba di dermaga Pulau Tidung



Berjejal
Antri keluar dari kapal


Eiiiit....Jangan pegang saya!


Menjejak Dermaga Pulau Tidung


 Dermaga Pulau Tidung
Mencari Posisi Enak
Bersiap pulang ke Jakarta


Duduk di lantai dek tertutup paling atas


Duduk sama rata berdiri sama tinggi


 Satu kaki satu langit


Main kartu mengisi waktu



Pak Nahkoda


===================



Pulau Tidung terletak di Kepulauan Seribu, bagian dari Kepulauan yang ada di Provinsi DKI Jakarta.
Dapat dicapai dengan menggunakan kapal Ferry dari dermaga Muara Angke. Harga tiket perorang Rp 30.000,- + 3.000  (mungkin PPN 10% hehe) = Rp 33.000,- Waktu tempuh sekitar 2,5Jam. Waktu keberangkatan biasanya jam 7 pagi. Pastikan datang pagi-pagi biar dapat posisi enak di kapal. Dan jangan sampai ketinggalan. Kalau Jam 7 belum tiba, silahkan naik lagi di hari berikutnya hehe. Sebab Kapal hanya berlayar 1x sehari. Saya tak mengurusi tiket dan lain sebagainya sebab sudah diurus oleh pihak travel. Hanya perlu datang pagi-pagi ke dermaga Muara Angke. Di dermaga sudah ada yang menjemput dan mengantar hingga naik kapal. Nanti di Pulau Tidung juga sudah ada penjemput yang sudah disiapkan. Penjemput itu sekaligus merupakan guide selama di Pulau Tidung.

Di kapal, kalau mabuk silahkan ambil tempat di atas. Bagusnya sih diburitan. Selain beratap biar ga kepanasan, juga tak berdinding, biar udara segar leluasa bisa dinikmati selama di kapal. Selain itu juga, memungkinkan bisa leluasa menikmati pemandangan selama pelayaran. 

Selama di kapal, jangan lupa untuk tidak membuang sampah ke laut. Dan kalau makan minum, kantongi lagi semua pembungkus bekas dan botol bekas minuman. Bawa ke pulau, lalu buang di tempat sampah yang sudah di sediakan. Jangan nyampah di laut dan di pulauy, yeee!

---

Pulau Tidung, Kepulauan Seribu JAKARTA - Indonesia

Freediving di Dasar Laut Pulau Tidung bersama Buku LOVE JOURNEY


Pada Desember tahun 2012 lalu, saya pernah bilang ke teman-teman kontributor buku Love Journey (LJ) : Ada Cinta Di Tiap Perjalanan bahwa suatu hari saya akan membawa buku LJ berpetualang di dasar laut. Keinginan itu saya rencanakan selama hampir empat bulan. Alhamdulillah tercapai pada Sabtu 6 April 2013 kemarin. Lega dan bangga dapat menyelam bersama buku LJ di dasar laut Kepulauan Seribu.

Seperti yang teman-teman tahu, Buku Love Journey ini adalah buku pertama yang menyelipkan salah satu karya tulis saya. Perasaan gembira, haru, dan bahagia, tentu menyelimuti hati, hingga saya merasa begitu ingin memberikan penghargaan secara khusus pada buku ini. Semacam selebrasi. Dan penyelaman bersama buku LJ di dasar laut Pulau Tidung ini boleh jadi disebut sebagai selebrasi yang tertunda. 


Menyelam berdua buku LJ juga sebagai bentuk pembuktian bahwa apa yang pernah saya tulis di buku Love Journey, yakni tentang pengalaman perdana menyelam di dasar laut pulau dewata, memang benar-benar berharga (sekaligus berkesan) sebagai sebuah pembelajaran bagi saya pribadi. Sebuah pengalaman unik yang menjadi awal mula saya berani melakukan apa yang saya takutkan. Ya, saya takut kedalaman. Takut kegelapan. Takut hewan-hewan laut seperti hiu dan paus (hihi akibat kebanyakan nonton film :p). Lalu, semua ketakutan itu saya lawan. Saya bunuh. Dan satu-satunya cara ampuh melawan dan membunuh segala hal menakutkan itu adalah dengan cara melakukan apa yang saya takutkan. 


Moment di Bali itu sangat berkesan di hati. Saking berkesannya, rasanya tuh buku pantas mendapat kehormatan dengan cara yang unik. Saya sempat tak menemukan cara unik apa yang pantas saya persembahkan buat LJ. Setelah berfikir berkali-kali, muncul ide ini : “Kenapa ga di bawa menyelam saja? Trus foto deh di bawah laut.” Wah iya juga ya. Makanya, ide pun itu saya realisasikan dalam perjalanan wisata saya ke Pulau Tidung. 

Di Pulau Tidung, sebenarnya saya tidak punya jadwal diving. Sesuai paket dari travel agent yang saya pakai, saya ini cuma berhak snorkeling. Diving dan snorkeling itu beda lho. Nah, saya tidak ingin sekedar snorkeling, tapi juga ingin diving dan membuat foto-foto di dasar laut. Alhamdulillah, travel bisa flexible soal jadwal. Saya akhirnya bisa menikmati snorkling dan fun dive sekaligus.

Kamera underwater yang saya sewa seharga Rp 100.000,- saya gunakan sepuasnya. Di jepretkan sebanyak-banyaknya. Jadi, sebelum menyelam, saya tunjukkan pada mas Topan (guide tour saya selama di Tidung) pose-pose seperti apa saja yang saya inginkan di dalam air. Mas Topan yang memang cooperatif, mengerti dengan apa yang saya inginkan. Oke, siap menyelam. 


Life jacket, snorkel, serta fins yang diberikan tour guide, tidak saya kenakan. Fins itu bikin ribet, walaupun sebenarnya sangat membantu untuk menyelam maupun naik ke permukaan. Lagipula, jika fins mengenai terumbu karang, bisa bikin rusak. Saya ga mau begitu. Jadi, saya benar-benar hanya ingin membawa diri saja, bebas dari segala perlengkapan. Bebas. Lepas. Tanpa tabung oksigen!

Ya, jadi ceritanya saya ini freediving, sebutan untuk orang yang menyelam tanpa alat bantu pernafasan. Wow freediving? Untuk gagah-gagahan? Ya enggaklah! Apalagi untuk sok-sok'an. Kalau main-main taruhannya nyawa. Salah sedikit saja fatal akibatnya. Bisa mati kehabisan nafas. Sebagai olahraga terekstrem kedua setelah Skydiving, freediving jelas termasuk olahraga berbahaya. Jadi, ga mungkinlah saya mau sok jago. 

Eh bukan main, laut Pulau Tidung ternyata ga dingin ya. Saya ga merasa kedinginan apalagi menggigil. Beda banget dengan menyelam di Bali. Mungkin karena saya sangat siap, tanpa takut, dan punya semangat tinggi demi membawa buku Love Journey ke dasar laut. Hehe bisa jadi.

Singkatnya, saya pun menyelam. 1 kali 2 kali masih belum sukses karena agak diliputi ketegangan. Ketiga kali baru rileks, dan saya sukses mencapai dasar laut. Lumayan repot bawa-bawa buku, berkali-kali seperti terpental ke permukaan, mengapung lagi. Berjuang berkali-kali, menggapai karang di dasar, untuk berpegangan. Berhasil.Meskipun jari-jari di kedua tangan saya tergores terumbu karang. Berdarah lho. Pedih bukan main. Namun, biarpun terluka, usai berpose ria dengan buku, saya tetap lanjut fun diving.

Ya, foto-foto dan cerita ini saya persembahkan untuk semua teman kontributor Love Journey yang telah berbagi kisah-kisah inspiratif tentang journey mereka. Senang menjadi bagian dari mereka di buku ini. Kalau kalian ingin tahu tentang isi buku ini, silahkan cari tahu dengan membaca bukunya ya kawan. Banyak pesan dan hikmah yang bisa dipetik dari tiap kisah. Sekilas tentang buku Love Journey, bisa baca pada tulisan saya yang ini --> Love Journey: Ada Cinta di Tiap Perjalanan. Hohoho...promosi sepanjang masa ^__^

Senang rasanya bisa melakukan penyelaman bersama buku Love Journey dengan teknik freediving. Makin kokoh deh ya sebutan titisan bidadari laut itu untuk saya huehehehe...belagu!

Bravo Love Journey!




Cerita lainnya --->: Tetap fashionable ketika fun dive

Mengikat Cinta Di Saung Selatan Pulau Tidung


Namanya Saung Selatan. Salah satu tempat minum air kelapa muda di Pulau Tidung. Dari penginapan, kami bersepeda. Melewati perkampungan, sekolah-sekolah, hamparan tanaman Tapak Dara, juga ilalang hijau lebat yang gemulai dihembus angin laut. Cantik sekali.

Sebenarnya, tempat minum kelapa yang disebutkan dalam jadwal trip adalah di Saung Barat. Tetapi Mas Topan bilang, kelapa di Saung Selatan adalah kelapa yang dipetik dari pohon kelapa yang tumbuh di Pulau Tidung. Sedangkan di Saung Barat, kelapanya kadang-kadang dibawa dari Jakarta. Katanya pasti lebih enak kelapa asli pulau. Entah apa bedanya, Mas Topan tak menerangkannya. Tetapi yang jelas, jarak tempuh ke Saung Barat lebih jauh ketimbang Saung Selatan!

Sluuurrrrrp. Segar!

Oke, memilih Saung Selatan berarti karena dekat. Maklum, saat itu sudah pukul 11 siang, dan kami baru 1 jam yang lalu tiba di Pulau. Mungkin Mas Topan bermaksud agar kami megnhemat energi, sebab 2 jam lagi kami akan di bawa ke pulau lain untuk kegiatan snorkling.

Seperti namanya, Saung Selatan terletak di sebelah selatan pulau Tidung. Saung-saung sederhana dari kayu dan bambu, beratap rumbia, berdiri di tepi pantai. Menghadap lautan luas, di kelilingi ilalang, pohon pinus, dan pohon kelapa. Ada gubug kayu menempel di ketinggian pohon, tempat minum kelapa muda bagi yang bisa memanjat dan ingin merasakan sensasi minum kelapa dari ketinggian. Angin laut. Debur Ombak. Pasir putih yang halus. Perpaduan yang sempurna untuk sebuah tempat bersantai sembari menikmati segarnya air kelapa muda yang dipetik dari pohon kelapa yang tumbuh di Pulau Tidung.

Ini anak-anak rombongan keluarga yang menggelar acara tunangan itu

Mas Topan hanya mengantar kami, lalu pergi lagi untuk menyiapkan perahu yang akan dipakai untuk pergi snorkling jam 1 siang nanti. Aku mengedarkan pandang ke sekeliling. Tumpukan kelapa muda terlihat meninggi di belakang saung. Sepeda motor berjejer di sisi lainnya, berjumlah sekitar 7-8 sepeda motor. Motor wisatawan? Tentu bukan. Itu milik penduduk pulau. Wisatawan di Tidung hanya menggunakan sepeda. Saat itu tiada sepeda lain selain sepeda kami. Lantas, orang-orang yang datang dengan motor itu sedang apa?

"Ayo makan bareng kami, lihat ini nasi dan lauk pauknya banyak."

Seorang ibu tiba-tiba berucap pada kami, menawarkan makan bersama. Wajahnya tersenyum ramah dan sangat bersahabat. Aku menolehkan pandang ke saung sebelah, tempat ibu itu duduk bersama rombongannya. Nampak 8-10 orang sedang duduk mengerumuni hidangan makan. Wow, makan! Pepes ikan, gulai nangka, kerupuk ikan, sambal, lalapan, minuman, nasiiiiii! 

"Tidak ibu, terima kasih. Kami baru saja makan siang di penginapan."

Aku menolak tawarannya dengan halus. Tentu saja aku masih kenyang, sebab sebelum ke Saung Selatan ini perutku sudah diisi terlebih dahulu. Dan ini saja rasanya bakal bertambah kenyang karena sebuah kelapa yang sangat segar dan manis, bersiap untuk melewati tenggorokannku dan mengisi perutku.

"Ayolaaah, ini banyak sekali makanannya," ajak ibu itu lagi.

Aku kembali menolak dan mengucapkan terima kasih. Pria yang berada di antara rombongan keluarga itu, juga menawari kami makan. Kami tetap menolak. 
Pria yang lewat itu, dan anak-anak yang bermain air di belakangku
adalah bagian dari rombongan keluarga yang bertunangan

Tanpa aku perlu bertanya, si ibu bercerita sambil menikmati isi piringnya. Ternyata, saat itu mereka sedang merayakan pertunangan salah satu anggota keluarga mereka. Pertunangan telah berlangsung beberapa saat sebelum kami tiba. Dan makan-makan itu sebagai bentuk syukurannya. Pantas saja tadi ketika tiba aku mendengar seorang Bapak sedang memimpin para keluarga membaca surat Al-Fatihah, dihadapan hidangan yang digelar di atas saung.

Dua sejoli baru saja mengikat janji, disaksikan masing-masing keluarga. Hanya sejumlah kecil anggota keluarga, tapi cukup semarak oleh celoteh, tawa, dan kebahagiaan yang terpancar pada wajah-wajah mereka. Uniknya -ini kata si ibu lho- mantan pacarnya si gadis, juga datang pada acara pertunangan itu. Waw, betapa besar jiwanya si mantan ya. Lapang dada menerima kenyataan seperti itu. Salut deh buat laki-laki itu.
Anak-anak ini merupakan rombongan dari keluarga yang bertunangan
Kelapa mudaku bagai tak habis-habis. Mungkin karena aku sudah kekenyangan, jadi rasanya perut sudah penuh. Hingga jam 12 tiba, air kelapa itu masih bersisa separuh. Ku kira setelah bermain ayunan, berjalan di pantai, melihat anak-anak bermain di air, bisa mempengaruhi moodku untuk menghabiskan sisa air kelapa. Ternyata tidak. 

Wisatawan lain mulai berdatangan. Sepeda-sepeda mulai berjejer di parkiran. Saung mulai ramai. Pak penjual kelapa mulai sibuk membelah kelapa. Kami beranjak pulang. Membayar kelapa seharga Rp 8 ribu plus Rp 2 ribu untuk parkir sepeda. Mendahului rombongan keluarga yang masih berbahagia merayakan pertunangan yang digelar sederhana di Saung Selatan.
Ada net volley di belakang, di air yang tingginya sepinggang orang dewasa

Ketika sepeda kami mulai menjauhi saung, aku baru sadar kalau aku terlupa untuk memotret keluarga itu. Hanya ada foto sebagian dari rombongan mereka yang sedang bermain di bibir pantai, itupun anak-anak mereka. Juga satu dan dua pria dewasa yang duduk dikayu sambil makan, memisahkan diri dari rombongan yang di saung (dan pria ini juga yang tadi menawari kami makan). Ya sudahlah, walau foto acara syukuran mereka tak ada, tapi cerita tentang mereka jelas ada dalam penglihatanku. Membekas dalam kenangan. Andai salah satu dari mereka membaca ini, aku ingin ucapkan: Semoga yang sepasang sejoli yang telah bertunangan, dipermudah menuju pelaminan, dan bahagia selamanya. Aamiin.



Pria berbaju putih, duduk di bawah pohon, sedang makan.
Dia bagian dari keluarga yang sedang menggelar syukuran pertunangan


Mencari Sisa Makanan

Jembatan Cinta, Ikon di Pulau Tidung


Jika berkunjung ke Pulau Tidung, tak afdol rasanya jika tak menjejakkan kaki di atas Jembatan Cinta. Sebuah jembatan yang menjadi ikon Pulau Tidung. Bukan jembatan biasa, tetapi sebuah jembatan yang menghubungkan dua pulau Tidung, yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. 

Selain menghubungkan Pulau Tidung Besar yang berpenduduk sekitar 4000 jiwa dengan Pulau Tidung Kecil yang tak dihuni oleh penduduk, Jembatan Cinta juga merupakan tempat paling cocok untuk menyaksikan pemandangan alam sekitar Pulau Tidung. Matahari terbit dan terbenam, dapat terlihat dari tempat ini.  
Kawasan sekitar Jembatan Cinta, juga merupakan tempat paling sibuk dan ramai, karena disinilah pusat Water Sport yang ada di Pulau Tidung. Waktu terpadat biasanya terjadi pada pagi dan sore hari. Di waktu-waktu tersebut, wisatawan berdatangan untuk menikmati berbagai aktifitas permainan dan olah raga air, seperti: Banana Boat, Water Sofa, Donuts Boat, Jet Ski, Snorkling, dan Angsa Laut. Harganya bervariasi. Saya sendiri kebagian untuk snorkling, sesuai fasilitas dari paket yang saya ambil di sebuah travel. Sedangkan diving yang saya lakukan di Tidung, tidak termasuk dalam paket. Saya sempat menanyakan harga untuk bermain Jet Ski, katanya Rp 200 ribu per 15 menit.

Bagi yang tak melakukan aktifitas di air, bisa menyaksikan aksi anak-anak pulau  terjun dari Jembatan Cinta. Dari ketinggian jembatan yang berkisar antar 5-6 meter itu, anak-anak akan melompat dengan berani. Tak jarang pengunjung yang menyaksikan aksi mereka memekik dan kemudian bertepuk tangan. Hebat memang. Perlu keberanian tinggi untuk melakukan itu bukan? Saya sendiri tak berani.

Kalau kamu punya uang, berilah anak-anak itu "upah" atas aksi yang mereka lakukan dengan berani, karena memang itu yang mereka harapkan. Terkadang ada yang terang-terangan meminta kepada pengunjung yang berada di sekitar jembatan, ya silahkan memberi kalau ada uang yang bisa diberikan pada mereka. Menolakpun tak apa, anak-anak itu takkan marah, apalagi memaksa. Tetapi, jika kamu memberi pasti akan membuat anak-anak itu gembira :)



Kenapa disebut Jembatan Cinta?
Konon kabarnya karena jembatan tersebut memiliki mitos romantis terkait dengan cinta. Pasangan yang berjalan di atas jembatan cinta sambil bergandengan tangan dengan pasangannya, niscaya pasangan tersebut akan langgeng dan berlanjut hingga ke jenjang pernikahan. Kemudian, jika ada seorang lajang terjun dari Jembatan Cinta, maka dia akan segera menemukan jodohnya.

Selain itu, bentuk fisik jembatan yang panjang mendatar dengan salah satu bagian jembatan agak tinggi membentuk lambang cinta. Nah, kemungkinan dengan dua alasan itu maka jembatan tersebut dikenal oleh penduduk sekitar sebagai jembatan cinta.
Nah, percaya atau tidak, begitulah "kepercayaan" yang selama ini ada dan terus bergulir dari waktu ke waktu. Saya mencoba mencari di Google, dan menemukan catatan perjalanan orang-orang yang pernah bepergian ek Pulau Tidung, menuliskan cerita yang sama tentang mitos cinta itu. Okay, buat saya pribadi, cerita itu cukup menjadi "penghias" perjalanan saja. Saya pribadi meyakini, yang namanya jodoh itu sudah diatur oleh Allah SWT. Bagaimana caranya seseorang akan bertemu dan kemudian berjodoh, biarlah Allah akan menunjukkannya dengan cara-cara yang DIA kehendaki. Yakin dan percaya pada Allah saja :)

Siang itu, Sabtu 6 April 2013, ada beberapa pengunjung yang juga mencoba untuk terjun dari jembatan. Hebat! Mereka berani-berani. Kalau kamu punya keberanian, tidak takut ketinggian, bisa berenang, silahkan lompat. Ingat, mesti pandai berenang ya, sebab saat terjun otomatis badan akan tenggelam beberapa saat. Dan kamu perlu berenang biar kembali mengapung. Kemarin, ada seorang wanita yang tak bisa berenang, tetapi ingin sekali melompat. Dia mengenakan life jacket agar tak tenggelam. Apa yang terjadi? Dia kesakitan! Jelas kesakitan, sebab ketika jatuh badan akan seperti terhempas. 

Jika hendak melompat dari jembatan, perhatikan juga kondisi di bawah jembatan yang kerap dilintasi oleh Jetski dan Banana Boat. Memang sih, Jetski dan Banana Boats biasanya juga akan berhenti jika tahu ada yang sedang melompat dan masih ada orang di dalam air. Mereka kan juga lihat-lihat. Tapi tetap harus hati-hati ya, siapa tahu pengemudi Jetskinya ada yang sedang tak jeli. Terbentur Jetski atau bagian depan Banana Boat, tentu bukan hal menyenangkan. Bisa celaka!

Sore itu, saya tak melakukan aktifitas apapun lagi sebab sudah terlalu lelah seusai snorkling dan diving. Hanya berjalan di atas jembatan, menyaksikan orang-orang beraktifitas di air. Berkali-kali mendengar para perempuan menjerit di atas Banana Boat yang ditarik kencang oleh Jetski. Juga para perempuan yang tengkurap di atas Donuts Boat (yang juga ditarik oleh Jetski), menjerit di antara adrenalin yang meninggi. Setiap kali mereka menjerit, pengemudi Jetski terlihat makin senang, bahkan seperti joget-joget dengan sebelah tangan terangkat. Saya tertawa melihatnya. Terlebih saat orang-orang di atas Banana Boat dan Donuts Boat itu terpelanting dan jatuh ke laut. Haha. Serunya.

Air laut yang terlihat dari Jembatan Cinta sangat jernih. Dasar lautnya terlihat jelas, menampakan beragam biota laut seperti terumbu karang, ikan, dan saya mendapati hewan berwarna hitam dengan bulu-bulu serupa landak, Bulu Babi! Aiih.... Bukannya Bulu Babi itu bahaya ya? Katanya beracun dan bisa bikin pingsan kalau terkena kulit manusia. Mungkin karena itu ya tak ada orang yang berenang di sekitar jembatan.

Jembatan Cinta panjang tapi tidak lurus. Ada patahannya yang membelok ke arah kanan. Di ujung belokan itu ada sebuah tudung besar berwarna biru. Semacam tempat singgah tapi tanpa bangku. Di sekelilingnya dibuat tangga beton. Ujung tangga paling bawah menyentuh dasar laut, dan orang-orang bisa menjejakkan kaki di dalam air dengan sesukanya di tangga itu. Bahkan, bisa berjalan menjauhi tangga, menginjak dasarnya. Airnya tak dalam. Kira-kira hanya setinggi lutut orang dewasa. Sore itu, terlihat beberapa pria  sedang mencari kerang. Saya tidak turun ke laut, hanya memotret sana sini sambil menikmati sejuknya hembusan angin laut.
Jembatan Cinta

Setelah belok kanan satu kali, jembatan kembali lurus ke depan hingga ujungnya mencapai Pulau Tidung Kecil. Sebelum mencapai ujung jembatan, masih terdapat satu tudung biru lagi. Sama seperti tudung pertama, sekeliling tudung ini juga dibuatkan tangga menuju dasar laut yang memang diperuntukkan bagi para wisatawan yang ingin turun ke laut.

Berbeda dengan Pulau Tidung Besar yang dihuni penduduk, maka Pulau Tidung Kecil tak didiami oleh satupun penduduk. Di ujung jembatan, saya langsung disambut oleh lebatnya hutan di kiri dan kanan jalan setapak yang tak beraspal. Hanya terdapat sebuah warung kecil yang menjual mie rebus/goreng dan minuman kopi/teh. Warung itu hanya sebagai tempat berjualan, tak dijadikan tempat tinggal

Pagi hari saat saya ke sana, warung itu sangat ramai dikunjungi orang. Meja dan bangku kayu yang berjejer di tepi pantai, dipenuhi oleh orang-orang yang menyantap semangku mie dan secangkir minuman hangat. Tempat ini menjadi sangat ramai di pagi hari karena didatangi oleh orang-orang yang usai berburu sunrise dari atas Jembatan Cinta.
Sarapan di Pulau Tidung Kecil

Memang menyenangkan berlama-lama di sekitar Jembatan Cinta. Jadi, jangan lewatkan tempat ini jika berkunjung ke Pulau Tidung. Jika ingin melihat keindahan Pulau Tidung sambil menikmati permainan air yang menantang, silahkan kunjungi Pulau Tidung yang terletak di sebelah Utara Jakarta ini. Hanya 2,5jam penyeberangan dengan kapal Ferry dari dermaga Muara Angke di Jakarta Barat. 

Seperti biasa saya ingin berpesan kepada siapapun yang ingin berwisata ke Pulau Tidung, tolong jaga kebersihan selama berada di Pulau Tidung. Jangan biarkan sampah mengotori pulau cantik ini. Dari kenyataan yang saya lihat, sampah di Pulau Tidung itu mulai banyak. Memang sih, area sekitar Jembatan Cinta kalau menurut saya terbilang bersih, mungkin karena ada petugas kebersihannya ya. Himbauan berupa peringatan untuk tidak membuang sampah sembarangan juga banyak. Tapi tetep, mau ada petugas kebersihannya atau tidak, mau ada papan peringatan atau tidak, kita tetap harus menjaga kebersihan, dimanapun dan kapanpun. Oke? OKE!
Jembatan Cinta

 Rumah Apung

Dermaga di Jembatan Cinta


Tulisan Tentang Perjalanan di Pulau Tidung bisa di baca pada link dengan judul sebagai berikut:
 
 Pulau Tidung, Kepulauan Seribu - INDONESIA