Kebencian seperti halnya Cinta, berkobar karena hal-hal kecil


Kebencian seperti halnya Cinta, berkobar karena hal-hal kecil [Balzac]


Setiap orang itu, ibarat bulan memiliki sisi kelam, yang tak pernah ingin ia tunjukan pada siapapun. Sungguh, cukup bagi kita memandang sejuknya permukaan bulan, pada sisi yang menghadap ke bumi.

"Kemudian apabila kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah). Sebab mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (An Nisaa 19)

Karena hidup tak melulu tentang masa lalu, tapi juga tentang masa kini, dan masa depan. Jangan melabeli hidup seseorang hanya pada satu waktu, padahal episode hidupnya masih Tuhan berikan panjang jauh ke depan.

Homestay pun tak apa, asalkan bersih


Ini pengalaman pertamaku menginap di homestay. Kukatakan ini bukan berarti selama ini aku tidak bersedia jika memang harus menginap di tempat seperti homestay. Bukan tentang tidak mau dan tidak suka, tapi memang karena aku belum pernah berada dalam situasi dan kondisi aku HARUS di homestay.

Pulau Tidung, pada kenyataannya memang bukan sebuah pulau yang memiliki resort, cottage, dan hotel berkelas dengan fasilitas yang serba ada. Ya, pulau elok ini hanya menyediakan penginapan apa adanya. Apa yang ada saja, tak ada penginapan khusus dan bagus yang di "ada-ada" kan. Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, jika ingin tinggal untuk berpetualang dan menikmati berbagai keindahan serta apapun yang ada di pulau Tidung, silahkan tinggal di rumah-rumah penduduk yang disewakan untuk pengunjung pulau.

Tak terkecuali aku.

Ruang dalam homestay

Aku tak mengurus keperluan penginapan di Pulau Tidung, sebab itu urusan pihak travelku. Aku hanya menerima. Yang kudapati kemudian adalah sebuah rumah penginapan yang boleh kusebut menyerupai rumah-rumah petak di perkotaan. Semacam bedeng, dengan pintu masing-masing, dan memiliki teras di bagian depan. Serupa kos-kosan. 

Tempat tidur tanpa ranjang, tergeletak di lantai. Kamar mandi dalam, dengan ember besar untuk menampung air. Tak ada air panas tentunya. Tanpa shower, adanya gayung. Closetnya jongkok, bukan duduk. Jika digunakan, mesti disiram secara manual alias pake gayung. Ada TV yang gambarnya kadang ada kadang hilang tenggelam entah kemana. Ada dispenser kecil. Ada rak sepatu. Ada jemuran handuk. Ada cermin dengan bingkai plastik, di bawahnya ada holder kecil-kecil untuk menaruh peralatan mandi. Tapi letaknya bukan di dalam kamar mandi, melainkan di dinding luar dekat pintu kamar mandi.

Hanya ada satu lampu sebagai penerangan, letaknya di plafon, di tengah-tengah ruangan. Jika dimatikan maka seluruh ruangan akan gelap gulita. Tiada lampu tidur. Jika dinyalakan terus, mungkin akan sulit untuk terpejam.

Plusnya, homestay ini pakai AC. Sangat berguna saat digunakan untuk istirahat di siang yang terik. Ini di pantai, yang namanya panas, ya panas sekali. Ada AC di kamar berarti Alhamdulillah.

Bagusnya, penginapan ini bersih. Ya, bersih. Dan itu bagus. Sesederhana apapun, jika bersih, tentu akan nyaman. Sebagus apapun, jika kotor, aku keberatan untuk tinggal.

Di depan penginapan
Pantai, Sepeda, bangku+meja makan

Yang aku suka, pintu kamar (aku menyebutnya kamar, bukan rumah), menghadap ke pantai. Jarak kamar hanya sekitar 10 meter saja dengan bibir pantai. Jika malam, suara angin laut yang menderu, terdengar kencang. Suara ombak juga demikian, seakan-akan berada tepat di depan pintu.

Satu kamar berkapasitas 5-6 orang. Ada 2 kasur tambahan yang bisa digunakan. Di sebelahku, kamarnya sedikit lebih besar. Rombongan anak muda (laki-laki) menginap sebanyak 8 orang di kamar itu. Kalau pagi, aku mendapati mereka salat di teras. Barangkali kamarnya kurang luas untuk salat.

Makan siang, malam dan pagi, diantar selalu tepat waktu. Masakannya kebanyakan dari ikan. Namanya juga di pulau ya, tentu banyak hasil laut yang bisa diolah menjadi masakan. Ga melulu ikan sih, ada sayur asem, capcay, juga ikan goreng. Berhubung di dalam kamar tak ada meja makan, jadi makanannya di gelar di lantai :D Kalau mau di meja, ya mesti keluar. Ada meja dan bangku di depan kamar, di atas pasir, di bawah pohon. Asyik sih kalo makan di luar kamar.

1. Makan Siang 2. Makan Malam 3. Barbeque 4. Sarapan pagi
Menu dalam sehari
Bila malam hari, guide yang selalu siap sedia untuk diminta tolong, akan dengan senang hati membakarkan ikan, udang, dan kepiting, yang memang sudah menjadi jatah peserta travel. Aku ga tahan jika ikut membakar, angin lautnya kencang sekali. Para tamu sebelah, yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu usia pensiun, berkumpul di pantai pada malam hari. Main musik, bernyanyi, juga karaokean. Lagu-lagu pop lawas sepertinya. Musik berdentum di bawah langit  berbintang. Berisik tapi asyik. Anak-anak muda di sebelah, ikut meramaikan. Menyumbang tepuk sorak. Aku juga ikut bertepuk dalam gigil.

Gadis-gadis di kamar lainnya, keluar dan masuk dengan sepeda. Rajin sekali kelayapan, malam sekalipun. Entah ke mana. Wajahnya cantik-cantik, sayang selalu diselimuti raut masam. Seperti tak ramah yang dibuat-buat. Aku beri senyum, eh buang muka. Lha, aku kan perempuan, bukan para pemuda di sebelah yang suat suit pada mereka. Barangkali mereka jaga diri ya, ga mau terlalu ramah, nanti di apa-apain. Hii.... masa aku termasuk yang mau ngapa-ngapain?
Malam Barbeque

Di depan penginapan, berjejer sepeda-sepeda dengan model seragam. Parkir manis di atas hamparan pasir putih. Semua sepeda itu diperuntukkan untuk semua tamu yang menginap. Gratis. Ketuker-tuker juga tak apa. 

Beruntungnya aku, penginapanku itu termasuk yang paling banyak dicari. Waktu aku tanya ke guide perihal itu, katanya karena homestay yang aku tempati itu menghadap pantai, pantainya bersih, bisa buat berenang karena ga ada karang. Tertutup juga dari umum. Maksudnya dari lalu lalang orang luar. Itu karena gerbang masuknya cuma satu. Yang dimaksud gerbang masuk itu adalah pagar yang membatasi jalan masuk penginapan. Berupa celah di  antara dua tembok batako penginapan. Pagar yang membatasi celah itulah yang disebut gerbang. Hehe

Gerbang Penginapan :D

Penginapan nan sederhana, tetapi memberi pengalaman lebih. Ya, begitulah. Aku tak lagi memikirkan homestay dengan segala kekurangannya dibanding hotel atau resort. Aku bisa bahagia bisa menikmati apa-apa yang kudapati di homestay. Termasuk segala yang terjadi di sekitar penginapanku. Mengetahui dan mengenal tamu-tamu lain, dengan bermacam pola dan tingkah, sarapan pagi di bawah pohon, di tepi pantai, menyaksikan para bapak ibu yang telah sepuh bernyanyi, menjemur baju basah di teras, dan menyaksikan jemuran ku berjejer dengan jemuran tamu lainnya. Hehe pemandangan yang menarik.

Home stay.
Di lain waktu, di lain tempat, aku pasti bersedia. Asalkan bersih. Itu saja syaratnya.

Hiburan malam, bernyanyi dan bermain musik di tepi pantai

=====


PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU
INDONESIA 


Mengisi Waktu Senggang Dengan Berkebun dan Memasak

Tukang jalan ga berarti jalan-jalan mulu. Iya dong hehe tapi aku ngomong gini ga berarti aku memproklamirkan diri sebagai tukang jalan lho. Wong aku banyakan di rumah ketimbang di jalan. Kalo di jalan mulu, gimana caranya aku mandi, makan, tidur, baca buku, nonton TV, nonton bioskop, shoping-shoping (kayak dompet tebel aja :p) dan main-main sama keluarga ya kan? hehe. Eh itu sih maksudnya jalan-jalan, alias rekreasi, alias berwisata, alias berpetualang, alias Pical...lho?? itu mah petinju! 

Usia kangkung 3 hari setelah di semai

Udah pada tahu kan (sejak kapan semua orang tahu apa yang aku kerjakan? :p) kalo daku ini sedang iseng-iseng berhadiah nanem sayur? Berkat mbak Siska yang pakar pertanian itu (pertanian Unmul <-- diperjelas haha), aku tanya-tanya, dan liat-liat fotonya tentang kebun cabe tempo hari, eh kok jadi minat banget tuk nyalurin energi dengan berkebun. Daaan...rasa kepingin itupun kesampean suatu hari.

Oh iya, ada sedikit prahara (lebay) lho waktu itu. Foto cabenya mbak Siska yang lebat dan buahnya mlenuk-mlenuk (kurasa maksudnya gendut-gendut), bikin aku jadi pingin rujakan. Ga cuma pingin, esoknya aku bener-bener nyari rujak ke tempat langgananku yang terkenal rame pembeli. Rame karena apa? Karena rujaknya enak tenan. Yang jual orangnya pembersih, kliatan kok dari tempatnya, dari alat-alat yang dipergunakan, juga dari keadaan orangnya yang gak keringetan, gak panuan dan gak kutuan haha. Jadi, bolehlah disebut higienis. Catet ya, daku ini orangnya phobia kotor, jadi aku tahu mana yang bersih dan tidak, dan pastinya paling milih-milih kalo jajan. Apalagi rujak! 

Usia 6 hari, daunnya mulai dimakan tikus T_T

Nah, tuh rujak habis ama aku sendiri. Dan buntutnya, aku sakit perut. Melilit. Mencret-mencret. Bukan karena kotor atau apa, tapi karena pesen rujak pake cabe rawit 9 biji! Wakakakak... Tapi aku ga kapok. Malahan aku pingin berkebun cabe. Biar suatu hari kalo makan tahu Sumedang, cabenya tinggal metik. Tis tis tis *bunyi cabe dipetik :))

19 Maret 2013 lalu aku mulai menyemai benih Pokchoy, Kailan, Selada, dan Kecipir di dalam pot secara bersamaan. Seminggu sebelumnya, aku menyemai kangkung. Ga sampe 3 hari itu kangkung sudah tumbuh, tapi sayang, di hari ke enam kangkung-kangkung yang mulai meninggi dan berdaun cukup banyak, malah dilalap tikus got! Huh! Kesal banget rasanya. Akhirnya itu pot kangkung aku angkut ke lantai 2, tepatnya di ruang jemur.Ga cuma pot kangkung, semua pot tanaman sayur aku angkut ke atas. Kapok ama tikus. 

Kailan (pojok kiri atas), Kecipir (pojok kiri bawah), Pokchoy (pojok kanan atas), Selada (pojok kanan bawah) di hari ke 7 setelah di semai pada 19 April.
Kangkung (tengah atas)

Pokhcoy, Kailan, dan Selada ternyata cepat banget tumbuhnya. Kecipir perlu waktu 7 hari lebih baru tumbuh. Tapi bedanya, setelah kecipir tumbuh berupa kecambah dan kemudian menjadi batang lalu mengeluarkan daun, laju pertumbuhannya sangat pesat. Sedangkan tanaman lainnya, kayaknya segitu-gituuu aja. Apa karena aku pelototin terus ya? hehe. Sekarang sudah hampir 2 bulan, daun kailan itu baru ada 5 (dalam sebatang) dan tingginya sekitar 5-7cm. Kalo Kecipir sudah lebih dari 30cm. Batangnya sudah menjalar panjang siap untuk membelit (ular kaleee :p). Supaya batang kecipir bisa merambat, aku pasangin kayu (baru hari ini). Eh bukan kayu ding, tapi bekas gagang sapu yang bahannya setengah plastik setengah aluminum. Mau nyari kayu di mana coba di tempatku ini?  Jauh dari hutan :D

Kangkung tumbuh tinggi tapi kurus kayak yang nanem :p

Untuk penyemaian, sebagian aku menggunakan pot dari barang-barang bekas yang belum di buang. Ada bak bekas rendaman cucian yang retak tapi ga bolong, ada ember bekas, ada kaleng bekas biskuit, botol-botol bekas air mineral, dan mangkuk-mangkuk bekas makanan. Akhirnya, ruang jemur (yg jadi satu dengan ruang cuci-setrika) penuh ama pot sayuran dari berbagai barang bekas. Ngapain beli kalo barang yang ada bisa digunakan ulang, ya gak? Ga semua barang bekas sih, ada juga pot-pot baru yang selama ini memang belum kepake :)

Sejak bertanam sayur-sayuran itu, sekarang aku punya kebiasaan baru. Bangun tidur ke tempat jemuran dulu, nyiram-nyiram dan ngitungin jumlah daun. Kalo udah siang, tiap batang sayur aku foto-fotoin. Entah buat apaan hehe. Buat pamer! Wakkakak


Barangkali akibat pamer-pamer, tanaman pokchoy dan seladaku menguning! Hoaaa...kenapa yaaa? Mati kekeringan apa kebanyakan air? Cek punya cek barangkali kebanyakan air. Aku kan nyiramnya 2x sehari. Pagi sore. Pikirku karena di ruang jemur itu panas sekali, aku takut tanamannya kekeringan. Sedih banget lihat tanaman mati. Udah dirawat tiap hari dengan sepenuh hati, tiba-tiba mati...lemes rasanya. Eh ini baru berkebun dalam skala sangat kecil, gimana yang skala besar ya? Duh, jadi kasihan sama petani-petani yang mengalami hal seperti apa yang aku rasakan saat ini.

Pohon kecipir 

Ga semua tanaman mati sih, kangkung, kailan, kecipir, semuanya hidup dan tumbuh subur. Mudah-mudahan tetap bertahan sampai berbuah dan bila mungkin, sampai aku memetik hasilnya. Aamiin. *walau berasa kayak mimpi nanem+merawat+metik hasil :))

Ohiya, berkebun ternyata mengajarkan kesabaran juga ya. Mengasah kepekaaan dan menjadi tempat menumpahkan kasih sayang. Tanaman juga butuh kasih sayang lho :)

======

Ikan Gurame Bakar

Di sela-sela kesibukan rutin harian, aku memasak. Mempraktekkan resep-resep mudah di buku. Mudah, ga mau repot soale hehe. Mulai dari menyiapkan alat-alat masak, bahan dan bumbu masakan, hingga mengolah dan membereskan perabotan seusai menjadikan dapur bak bengkel. Bengkel masak!

Di majalah Kartini edisi 2-16 Mei 2013, yang model covernya Marissa VJ MTV (mantan), dapat bonus buku resep masakan olahan tahu+tempe+telor. Nah, aku mencoba mempraktekan tempe bakar masak santan dengan sayur daun singkong. Trus, kemarin itu dapat ide masak ikan (di steam) dari mbak Vivian Wijaya (di FB). Aku udah nanya-nanya resepnya, udah dicatet, udah ada ikannya pula, eeeeeh...bukannya di steam malah di bakar. Ga nyambung! Wakakak

Jadi ceritanya kemarin itu memang lagi pingin bakar-bakar. Pingin mencium aroma kulit ikan yang terbakar oleh bara batok kepala eh kelapa :p Trus pingin melihat kepulan asap, pingin kipas-kipas kayak penjual sate, maka dipilihlah acara bakar-bakar. Bukan ga sengaja juga sih, soalnya tempe masak daun singkong di buku bonus majalah Kartini itu, tempenya mesti dibakar. Jadi, daripada udah capek-capek ngidupin api di panggangan, kenapa ga skalian dipake buat manggang ikan. Jadi begitu sodara-sodara :D

Gulai tempe bakar daun singkong

Ohiya, aku tuh lebih suka ikan itu (termasuk ayam) dibakar secara tradisional dan manual. Ga suka pake panggangan listrik! Hah, entah apa istilah alatnya (ketauan ya jarang di dapur). Pokoknya sukanya yang bakarnya pake arang. Entah itu arang kayu, arang batu bara, maupun arang batok kelapa. Biasanya buat ngidupinnya pake cairan spritus. Blar! Suka kaget sama apinya. Eh bentar, manggang ama bakar emang bedanya? Toweng...toweng.

Bakar-bakar ala bbq. Berasa di pantai. Padahal di taman haha. Sebenernya kalo manggang-manggang yang tok cuma mengandalkan panggangan bawaan dari tempat panggangan (ribet banget ngomongnya!), ikannya susah dibolak-balik. Lengket, panas pula. Kadang-kadang ikan/ayamnya jatuh :))

Jadi, ikan dan tempenya aku taruh di panggangan jepit. Panggangan kayak gini ada gagangnya, jadi kita bisa bolak-balikin sesuka hati. Kalo mau dilimuri dengan mentega juga mudah. Ikannya lho, tempenya mah ga dilumuri mentega. Kan mau digulai hehe

Sambal kecap Ebi

Untuk sambalnya, ibuk bikin sambel kecap. Bukan sambel kecap biasa, tapi sambel dari cabe+bawang yang diiris kecil-kecil lalu dicampur dengan ebi sangrai yang dihaluskan. Rasanya sedap. Mungkin karena ebinya ya. Ini sambel ibuk yang ngulek. Kalo aku yang ngulek bisa 2 jam baru kelar. Maklum, tanganku kecil, lebih kecil dari ulekannya haha

Nyambung apa enggak gulai tempe bakar dengan ikan bakar dan sambal ini, pokoknya sambung-sambungin aja. Semuanya terasa nikmaaaat bila dimasak dan dikerjakan sendiri, dengan sepenuh hati pula. Rasanya istimewa sekali kalau dalam sehari itu bisa mengerjakan banyak hal dengan senang hati. 

Jalan-jalan mau, masak-masak mau, berkebun juga mau. Banyak yang dimau, tapi kalau cuma sebatas kemauan, ga dikerjakan, ya ga kan jadi apa-apa. Melakukan apa yang disukai, apa yang diinginkan, jika pakai hati, bahagiiiaaa rasanya. Sederhana sekali untuk bahagia, bukan? Sesederhana kita menjadi diri sendiri :)

Sekian dan terima kasih
Wassalam
*kayak sedang nulis surat aja :p

Bertandang ke Griya Jamu dan Spa Aromatik di Puslitbangtri Bogor


Sepuluh pot terbuat dari tanah, berjejer di atas meja pajang. Semuanya tertutup. Terlihat tenang. Tak ada yang menggelegak. Pun, bunyi-bunyian khas yang ditimbulkan ketika merebus sesuatu.

Ketika salah satu pot itu di buka, aroma rebusan daun dan rempah seperti berlarian keluar, menyusup masuk ke lubang hidung. Aroma yang khas. Mbak pelayan Griya Jamu mengambil airnya, dituangkan ke dalam gelas bening setinggi 10-12cm. Warnanya hitam pekat.


Segelas jamu terhidang, berikut secangkir kecil air yang agak keruh yang disebut sebagai air penawar. Penawar apa? Penawar rasa pahit si jamu hitam. Saya bertanya, sepahit apa rasa jamunya? Katanya pahit sekali. Saya bergidik.

Gelas jamu terasa panas. Begitu juga air jamunya. Saya kira 5 menit cukup untuk membuatnya dingin, ternyata ketika saya mulai meneguknya, leher ini bagaikan tercekik! Hah! Perlu waktu lagi untuk menunggu hingga rasa panas pergi dari jamu pahit itu. Panas dan pahit, satu kesatuan yang membuat tenggorokan saya meronta.


Setiap pot memiliki nama. Nama jamu tentu saja. Berikut khasiat dan nama-nama tanaman yang digunakan sebagai jamu. Saya mengingat sebagian, diantaranya: Jamu Masuk Angin, Jamu Maag, Jamu Pegel Linu, Jamu  Sehat Wanita, Jamu Kolesterol, Jamu Kencing Manis, Jamu Darah Tinggi. Baru tujuh nama jamu. Tiga jamu lagi saya tak ingat namanya.

Saya memesan jamu sehat wanita. Saya wanita, dan saya ingin sehat. Begitu saja alasan saya saat itu. Padahal sebenarnya, ingin juga minum jamu maag. Maklum, penderita maag. 

Ketika jamu telah terasa dingin, saya kembali meneguknya. WOW! Benar-benar pahit. Tak tahan rasanya dan saya hanya bisa menghabiskan separuh gelas. Saya mesti jeda sekitar 5 menit untuk melanjutkan sisanya. Sepertinya, jamu yang saya minum ini mengandung banyak sekali brotowali, atau mungkin sambiloto (saya tak bisa membedakan rasa keduanya). Saya hanya menduga saja. Tak tahu pastinya. 

Menyesal rasanya tak mencatat bahan jamu yang diterangkan di tiap pot yang tersaji. Padahal itu perlu.



Saya tak mengira jika di Puslitbangtri terdapat Griya Jamu dan Spa Aromatik. Kebun ya kan? Saya kira cuma aneka tanaman saja yang bisa dilihat, ternyata ada "tempat sehat" yang juga bisa disambangi. Griya Jamu ini tempat dan suasananya bersih, juga menarik. Tersedia meja-meja dengan bangku yang nyaman untuk duduk para pengunjung. Entah untuk duduk selama minum jamu, ataupun untuk menunggu ibu/adik/istri yang sedang spa.

Selain itu, hal yang membuat saya merasa aman akan jamu yang saya minum di sini adalah karena bahannya murni terbuat dari tanaman obat yang dibudidayakan di Puslitbang. 


Siang itu, seusai melihat-lihat kebun pamer Puslitbang, saya mendapati tempat parkir Griya Jamu dan Spa Aromatik, ramai oleh kendaraan tamu. Ternyata, lumayan banyak konsumen yang datang untuk spa dan minum jamu.

Saya tertarik untuk mencari tahu lebih banyak, tetapi sayang petugasnya (mbak-mbak pelayan) terlihat selalu sibuk melayani tamu. Akhirnya, saya mencari tahu di internet. Maka didapatlah informasi seperti yang akan saya cantumkan di bawah ini. Saya copy paste dari balitro.litbang.deptan.go.id
Silahkan di baca untuk kita ketahu bersama-sama.


Mbak pelayan Griya Jamu

Griya Jamu dan Spa Aromatik

Balitro sebagai institusi penelitian tanaman obat memiliki peran yang besar untuk mensukseskan program Saintifikasi Jamu. Penelitian tentang jenis dan varietas tanaman obat, proses budi daya yang optimal dan pengolahan pascapanen yang baik diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ujung tombak berjalannya Saintifikasi Jamu ini. Balittro diharapkan dapat menjadi leading dalan penelitian dan para peneliti Balittro memberikan informasi ilmiah pilihan jenis tanaman obat yang dapat digunakan dalam formula saintifikasi jamu ini. Hal ini sedang dijajagi dalam bentuk kerja sama dengan Badan Litbang Kesehatan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang dimotori oleh Pusllibang Perkebunan mendirikan Griya Jamu dan Spa Aromatik, yang dapat menjadi salah satu pintu mengenalkan jamu kepada masyarakat umum.

Konsumen

Peran yang diambil Puslitbang Perkebunan ini merupakan sebuah langkah muntuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Griya Jamu dan Spa Aromatik, terletak di Jl. Tentara Pelajar No.1 Kampus Penelitian Cimanggu Bogor.
Gedung ini diresmikan oleh Ibu Wamen Kementan pada tanggal 24 Juni 2012. Griya Jamu dan Spa menyediakan produk-produk herbal berupa 10 macam jamu godok siap saji dan simplisia keringnya. Griya Jamu dibarengi dengan adanya pelayanan Spa Aromatik diharapkan dapat menjadi agrowisata pilihan dan memberikan inspirasi bagi masyarakat tentang pemanfaatan tanaman obat, rempah, dan aroma terapi.

Seiring dengan sosialisasi Saintifikasi Jamu, dimana kita berharap jamu menjadi tuan rumah di negeri sendiri, peran Griya Jamu dan Spa Aromatik cukup diperhitungkan. Kunjungan dari ketua Perkumpulan Dokter Herbal Indonesia cabang Palembang, Ketua Komnas Jamu RI, Perwakilan Badan Litbang Kesehatan,  memberikan respon positif dan berharap keberadaan Griya Jamu dan Spa Aromatik ini dapat memberikan informasi yang benar tentang jamu dan membuat masyarakat bisa dan mau menggunakan jamu, sebagai obat tradisional Indonesia untuk usaha promotif, preventif, dan bahkan kuratif dan rehabililitatif bersinergi dengan obat konvensional. 
Separuh sisa tegukan pertama

Di bawah institusi penelitian, produk herbal yang terdapat di griya jamu ini, mendapatkan apresiasi dan kepercayaan yang lebih dari pihak konsumen. Konsumen yang datang pun tidak hanya dari masyarakat kampus penelitian Cimanggu saja, tapi juga masyarakat Bogor dan bahkan saat ini sudah ada konsumen dari Aceh sampai dengan Papua.  Perawatan Spa yang menitikberatkan kepada gabungan pemanfaatan jamu sebagai warisan tradisi nusantara dengan penelitian ilmiah, menghasilkan paket perawatan yang mengantarkan konsumen menjadi bugar, sehat, dan cantik ini semakin diminati para perempuan. Hal inilah yang membuat Griya Jamu dan Spa Aromatik sudah dapat mandiri dalam mengelola operasional sehari-hari dengan beberapa pegawai terapis dan kebersihannya.
 Jika suasananya seperti ini, minum jamu jadi betah ^_^

BALLITRO
BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementerian Pertanian

Jl. Tentara Pelajar No.3 Bogor 16111

Telp. (0251) 8321879 Fax. (0251) 8327010 e-mail:balittro@litbang.deptan.go.id
Website:http://balittro.litbang.deptan.go.id

Pulau Tidung Water Sport


Pantai Tanjung Timur Pulau Tidung, merupakan area paling ramai dan sibuk. Di tempat inilah pusat water sport Pulau Tidung berada. Sejak pagi hari hingga sore hari, selalu ramai. Menjajal, menikmati atau bahkan sekedar menonton beragam aktifitas permainan air, sungguh sayang untuk dilewatkan.

Saya mendatangi tempat ini dua kali. Di hari pertama seusai snorkling, saat siang menjelang sore, dengan cahaya matahari yang masih tumpah ruah ke bumi. Kemudian di hari kedua, saat matahari belum naik dan menerangi bumi. Tak ada sepinya. Tak ada matinya. Kecuali malam hari (siapa juga yang mau main di laut malam-malam ya kan? :p 

Water sport, barangkali inilah daya tarik paling oke di Pulau Tidung.

Di sebuah papan yang terpancang di depan pusat pendaftaran permainan, tertera nama-nama permainan air yang bisa dipilih sesuai dengan keinginan dan kemampuan. Saya sebut kemampuan, artinya untuk suatu permainan yang mungkin akan membuat kita terjatuh ke laut dalam, berarti mesti punya kemampuan berenang. Jangan sampai jatuh, nyebur, dan ga ngapung lagi. Memang sih setiap peserta mendapat lifejacket untuk pengaman, tapi tetep ya kalo bisa pandai berenang.

Water sport Pulau Tidung: water sofa, banana boat, donuts boat, canoe, jet ski, snorkling, angsa laut.


Dermaga di Pantai Tanjung Timur
Perahu-perahu yang mengangkut orang-orang yang usai snorkling, biasanya langsung mampir dan berlabuh di sini

 Banana Boat
 Banana Boat

 Pantai Tanjung Timur

Guide saya
Sofa Boat

Lokasi Water Sport Pulau Tidung

Sofa Boat dengan  5 tempat duduk
Aman jika membawa anak-anak, sebab jarang sekali sofa boat terbalik 


 Sofa Boat dengan 3 tempat duduk


 
 Snorkling
Snorkling
Ada yang datang dengan perahu kecil, ada juga dengan kapal besar (untuk rombongan) 
Berperahu menuju lokasi Snorkling 
Ada ratusan perahu dengan masing-masing perahu mengangkut sekitar 6-8 orang

Donuts Boat
Peserta tengkurap di atas boat bulat seperti donuts, ditarik oleh jetski

 Canoe

 Melompat dari Jembatan Cinta


 Ini saya dong hehe


Jetski, Banana Boat, Sofa Boat 

 Ini foto banana boat yang paling aku suka ^_^

Dan ini foto jetski dan perahu yang paling aku suka ^_^

====

Lokasi : Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Jakarta - Indonesia
Waktu: April 2013
Oleh: Katerina

Mie Aceh Enak Dekat Penjara Cipinang Jakarta


Kemarin siang, menyusuri jalanan di Jatinegara seusai suatu urusan di daerah Bekasi dan Cakung. Perut lapar, jam makan siang sudah lewat, gemetar mulai terasa. Jalan tol yang mestinya dimasuki, diurungkan karena bermaksud mencari tempat makan. Hingga mendekati penjara Cipinang yang megah, mobil belok kiri. Kata orang, di sekitar penjara Cipinang ini ada tempat makan yang terkenal enak dan selalu ramai pengunjung. Sayangnya saya tak tahu persis letaknya di mana.  

 Tampak depan penjara yang kini bagus dipandang 

 
Penjara Cipinang Yang Megah
(bukan berarti pingin ngerasain masuk lho hehe)

Terus melaju dari belokan di samping penjara tadi, hingga mulai terlihat banyak tempat makan yang berjejer di tepi jalan. Dari warung-warung tenda,  rumah makan, kafe, hingga sekelas restoran besar. Berbagai jenis makanan dijual, seperti martabak, soto, sate, masakan Padang, seafood, makanan khas Palembang, nasi uduk, bebek goreng Ny.Astuti, masakan sunda, hingga mie Aceh. 


Mie Rebus Spesial + Es Teh Tarik

Mie Aceh!
Yak, saya tertarik untuk mampir. Saat itu beberapa mobil terpakir di depan warungnya. Bukan pengunjung warung mie Aceh saja, tapi warung-warung di sebelahnya. Ketika masuk, dua orang baru saja keluar.  Lalu kosong. Dua pria yang kemudian saling berbicara dalam bahasa Aceh, meyakinkan saya bahwa Mie Aceh yang hendak saya makan ini memang dimasak oleh orang Aceh. Kenapa demikian? Saya sudah beberapa kali makan mie Aceh tapi yang punya warung dan juru masaknya bukan orang Aceh. Bahkan salah satu warung mie Aceh yang pernah saya datangi ternyata telah berubah jadi warung masakan Makassar. Padahal empunya warung dan juru masaknya sama. Orang yang itu-itu juga.

 Segarnya Es Teh Tarik

Ok, selanjutnya saya memesan mie rebus spesial dan segelas es teh tarik. Cukup lama menunggu, mungkin sekitar 20 menit baru jadi. Barangkali pengolahannya cukup rumit sebab daging, udang, dan cumi-cumi mesti dimasak hingga matang. Dan itu perlu waktu.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya sepiring penuh mie rebus, terhidang di hadapan. Mengepul panas. Pedas. Sementara musik dan lagu Aceh, mengalun syahdu mengiringi santap siang saya yang terlambat.

Sedap.Yup! 
Apa sih kelebihan Mie Aceh dibanding mie-mie lain, misal mie Kocok Bandung, Mie Ayam, Mie Yogya? Saya pikir setiap mie asli suatu daerah punya kelebihan masing-masing. Pun, tiap mie walaupun bahan utamanya sama yaitu mie kuning, tetapi tetap berbeda pada bahan campurannya. Ada yang menggunakan telur, daging, udang, cumi-cumi, dan aneka sayur. Ada yang menambahkan daun seledri, daun tesim, taoge dll. Begitu juga dengan kuah, ada yang menggunakan kuah dari air santan kental, ada yang dari kaldu, ada juga yang murni dari rempah-rempah.

Untuk mie Aceh, ada yang di rebus dan ada yang di goreng.Untuk nama, tergantung variasi yang digunakan. Ada mie rebus/goreng kepiting, udang, cumi-cumi, dan daging sapi. Jika menggunakan semuanya, disebut mie rebus/goreng spesial. Untuk kuah, rasa rempah-rempahnya begitu terasa.

Harga 1 porsi mie rebus spesial Rp 18.000,00 
Harga 1 gelas es teh tarik Rp 7.000,-

Jika sedang berjalan-jalan di daerah Cipinang, mampirlah ke warung ini. Soal rasa, lidah saya mengatakan : Enak.

Untuk melengkapi artikel ini saya sertakan juga resep Mie Aceh yang saya copy paste dari blog KREASI MASAKAN (klik), sbb:


BAHAN :
  • 500 gram mie kuning basah
  • 1 ekor kepiting
  • 1/4kg udang
  • 750 ml air kaldu
  • 150 gram daging sapi, potong dadu
  • 4 siung bawang putih, diiris tipis
  • 4 butir bawang merah, diiris tipis
  • 1 buah tomat, dipotong-potong
  • 1 batang daun bawang/seledri, diiris tipis
  • 50 gram taoge, bersihkan
  • 50 gram kubis/kol, diiris tipis
  • 1 sdm kecap manis
  • 1 lembar daun salam
  • Margarin/mentega untuk menumis
BUMBU DIHALUSKAN :

  • 6 butir bawang merah
  • 5 siung bawang putih
  • 2 buah cabai merah besar, dibuang biji
  • 1 butir kapulaga
  • 2 cm kunyit, dibakar
  • 1/4 sdt jintan
  • 1/2 sdt merica bubuk
  • Garam secukupnya
BAHAN PELENGKAP :

  • Acar mentimun
  • Bawang goreng
CARA MEMBUAT MIE ACEH KUAH ENAK KHAS ACEH ASLI :

  1. Siapkan margarin/mentega untuk menumis, tumis bawang merah, bawang putih, dan bumbu halus hingga harum.
  2. Masukkan daging sapi yang sudah dipotong dadu, aduk dan masak hingga daging berubah warna.
  3. Tambahkan udang, kepiting, dan air kaldu lalu aduk rata.
  4. Masukkan seledri/daun bawang, garam, daun salam dan merica bubuk.
  5. Masak hingga daging, kepiting dan udang matang
  6. Jika air sudah berkurang dan daging sudah lunak kecilkan api.
  7. Masukkan kubis/kol, tomat dan tauge, lalu tambahkan mie dan kecap manis.
  8. Aduk hingga semua bahan tercampur rata dan matang. Lalu angkat.
SARAN DAN CARA PENYAJIAN MIE ACEH KUAH YANG ENAK :

  1. Siapkan mangkuk, lalu masukkan mie dan kuah
  2. Taburkan bawang goreng diatasnya
  3. Sajikan bersama acar mentimun
  4. Porsi untuk 3-4 orang
Semoga suatu hari saya berkesempatan mencoba memasak mie Aceh ini. Aamiin.