Gerimis Di Lembah Anai


Kami menuruni bebukitan di Sepuloh Kuto, meliuk diantara hutan tropis yang lebat dan hijau. Perlahan mencapai Lembah Anai, tuk melihat tumpahan air terjun setinggi 40m yang berada tepat di sisi jalan raya. Pun, mendekati aliran sungai Batang Anai, tuk menyaksikan kejernihan airnya yang dingin lagi menyegarkan.

Semenjak gerimis datang, kabut pun pergi, keelokan lembah pun nampak memukau. Ada sensasi yang begitu kuat, yang membuatku ingin menghirup udara sedalam-dalamnya. Merasakan segar yang jarang-jarang bisa dinikmati seistimewa ini.
Jembatan Kereta nampak di kejauhan

Nun jauh di bawah sana, aliran sungai Batang Anai menyembul di balik rimbun pohon. Warna orange bata pada jembatan kereta yang melegenda, juga nampak melintasi lembah-lembah. Sedang tak ada kereta yang melintas, tapi ada sejarah yang tiba-tiba melintas, bahwa jembatan kereta itu telah ada sejak tahun 1895. Tua sekali. Siapakah yang menciptanya? Tentu bukan para Belanda itu, tapi nenek moyang orang Minang.

Sementara, gerimis berubah menjadi hujan deras. Lebatnya air yang turun, membuat lembah bagai ditumpahi air dari drum maha besar. Gemuruh air terjun yang berpadu dengan suara hujan, menciptakan 'horor'. Terlebih ketika supir memaksa kami untuk segera masuk mobil. Sekelebat kecemasan nampak di wajah dan kata-katanya. Bahaya longsor! Begitu alasannya. Oh!

Pak Edi, supir, menunjuk pada tebing-tebing yang mengelupas. Kemerahan tiada satupun tanaman. Bukan hujan penyebabnya, tapi gempa besar beberapa tahun lalu yang membuat dinding tebing penuh lekuk itu berubah. Ya, kawasan ini memang rawan gempa. Hujan, seakan menjadi pertanda seolah akan terulang bencana serupa. Barangkali seperti trauma. Ah, pantas saja kami disuruh lekas meninggalkan lembah.

Kupandang lagi tebing-tebing yang mengelupas itu. Nampak seperti relief bebatuan bercampur tanah. Di empat titik, relief batu-batu mineral menghias dengan sempurna. Hmm...jika suatu hari koyakan itu dilapisi lelumutan, niscaya lembah ini akan menjadi lembah berkelas dunia.

Kendaraan melaju perlahan. Aku menggerutui bateray kamera yang kian sekarat. Tak dapat kuabadikan gambar relif batu Siliang nan mempesona itu. Hanya tersimpan di sini. Di pikiran. Aaargggh!
Sungai Batang Anai


Air terjun Lembah Anai letaknya di Lembah Anai. Persis di tepi jalan tempat melintas mobil-mobil antar kota dan provinsi. Hanya berpagar beton yang rendah, air terjun dan jalan lebar beraspal saling membatasi. Keadaannya sepi. Namun begitu, dekat air terjun, ada rumah makan dengan aneka hidangan khas Padang, toilet, dan juga kamar mandi. Terdapat warung-warung yang juga menjual aneka oleh-oleh khas Sumatera Barat seperti keripik sanjai, galamai, beras rending, dan aneka oleh-oleh lainnya.

Siang itu air terjun Lembah Anai sepi pengunjung. Hanya terlihat 4-5 orang saja berada di dekat kolam air terjun. Kamipun merasa nyaman dan leluasa menikmati pemandangan sekitar. Namun kami tak berlama-lama, sebab gerimis tak bergegas ingin reda. Khawatir kebasahan, kami lekas kembali ke mobil.

Air terjun Lembah Anai setinggi 40meter

Dalam bahasa Minang, aia mancua  artinya air mancur atau air terjun. Sumber air terjun Lembah Anai berasal dari Gunung Singgalang. Merupakan bagian dari aliran sungai Batang Lurah Dalam yang menuju daerah patahan Anai. Karena itulah oleh pemerintah daerah setempat Lembah Anai dijadikan kawasan cagar alam yang berfungsi sebagai penyedia air, pengaturan tata air, kestabilan iklim mikro, produsen oksigen dan penyerap CO2. Wuiiiih...! Dan sekarang lihatlah, airnya yang begitu jernih mengalir menyusuri perbukitan menuju lereng dan mengalir terus melewati jalan yang berkelok-kelok dengan pemandangan yang indah.

Lembah Anai yang cantik, pernah dijadikan  Buya Hamka sebagai salah satu setting romannya dalam “Dibawah Lindungan Ka’bah”.  Hmm....seakan beliau hendak  memastikan bahwa Lembah Anai dan Padang Panjang adalah sorga romantisme  yang tiada pudarnya.

Semakin petang, hujan semakin deras. Kecemasan tak hanya menggelayuti perasaan supir, tapi juga kami. Ingin meninggalkan Lembah Anai dengan kebut, tapi tak demikian adanya bila dalam cuaca dan medan yang 'berat' begini. Sedang bila melambat, bukan sesuatu yang menyenangkan sebab kecemasan akan longsor, terus mengintai.

Kami terus melaju, menembus hujan, berusaha keluar dari lembah Anai. Lembah yang tak bisa tinggal sekejab dari ingatan.

Padang SUMBAR 5 September 2012
Katerina


Jembatan Kereta yang diresmikan pertama kali pada tahun 1895
Sumber Foto (klik)



Jembatan Kereta yang diresmikan pertama kali pada tahun 1895
Sumber Foto (klik)

KETERANGAN:

Air Terjun Lembah Anai berlokasi di pinggir jalan yang menghubungkan Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Tepatnya berada di Lembah Anai, Kecamatan Sepuluh Kuto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. 


Lembah Anai merupakan jalur utama yang menghubungkan kota kawasan ‘atas’ (darek) seperti Payakumbuh, Bukittinggi, Batusangkar, Padangpanjang dan Solok dengan kota di kawasan ‘bawah’ (pasisia) seperti Pariaman, Lubukbasung, Padang dan Painan. Jalur ini juga merupakan jalur awal perekonomian di Sumatera Barat untuk mengangkut hasil pertanian dari kawasan ‘atas’ ke ‘bawah’ dan hasil laut dari kawasan ‘bawah’ ke ’atas’. Akan pentingnya jalur ini, maka Pemerintah Belanda membangun jalur kereta api sebagai sarana transportasi. Setelah didirikannya PT Semen Padang pada tahun 1910, kereta api juga digunakan untuk mengangkut batubara dari Ombilin ke Padang. Ada juga dua jalur besar lainnya yang menghubungkan ‘atas’ ke ‘bawah’ seperti Sitinjau Laut dari arah Solok dan Kelok 44 dari arah Bukittinggi, tapi dengan jarak dan waktu tempuh yang berbeda.

Sejarah Lembah Anai bisa dibaca dan dilihat gambar-gambar jadulnya pada LINK INI (klik).

Ket Foto:  
Semua foto jepretan kamera saya kecuali dua gambar jembatan kereta. Waktu itu kamera saya kehabisan batre. Sumber foto ada pada lifelink yang saya cantumkan. Atau, bisa klik INI sebagai sumbernya.

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

6 komentar

  1. aq pengen kesono sama pengen bisa bikin poto bagus kayak gituuuuu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insha Allah suatu hari nanti mbak Indri ke sana bersama adeknya yusuf dan abinya :)
      Amin

      Hapus
  2. ini perjalanan tahun 2012 ya mbak...?
    pengen euy ke Padang.. banyak tempat cantik di sana.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, Sept 2012 lalu. Ini masih lanjutan tulisan2 sebelumnya.

      Sangat banyak wisata di SUMBAR, saya saja belum semuanya. Tiga hari full wisata baru ke 10 tempat, nulisnya dari Sept 2012 sampe Jan 2013 saja ga kelar2 haha

      Menurutku pribadi, wisata ke daerah pegunungannya yang bagus2. Lembah2, danau, desa2 wisata dll.. Kalo pantai kurang memikat mbak...

      Hapus
  3. subhanalloh indah sekali air terjunnya teh...
    potonya cantik2...^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempat ini bikin kangen teh...kangen udara sejuknya, airnya yg jernih, hutan yang hijau...segar sekali rasanya....
      Pingin tinggal di tempat seperti ini T_T

      Hapus

Leave your message here, I will reply it soon!