Berwisata ke Taman Mini Indonesia Indah


Alhamdulillah kembali berkesempatan mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Sepertinya ini adalah kunjungan yang ketiga kalinya dalam kurun waktu 8 tahun terakhir. Namun sayang selama tiga kali kunjungan tersebut belum pernah sekalipun aku tuntas mengunjungi semua tempat wisata yang tersaji di kawasan TMII dalam satu hari. Bahkan, setelah 3x, masih juga belum semuanya aku datangi. Maklum, ada 27 (berdasarkan info di web TMII) tempat wisata yang tersedia di TMII. So, bisa tuntas 5 tempat wisata dalam sehari saja sudah rekor buatku.

Seingatku, sewaktu pertama kali berkunjung ke TMII, aku cuma naik Sky Lift yang melintasi sebagian besar kawasan TMII dan naik Perahu Angsa Arsipel di danau yang terdapat replika pulau-pulau besar di Indonesia. Kunjungan kedua aku cuma naik Mobil Keliling dan masuk ke Musium Air Tawar. Nah, yang ketiganya yang baru-baru ini nih yang lumayan banyak yang terkunjungi, yaitu Musium Transportasi, Musium Air Tawar (ini kedua kalinya, soalnya masih penasaran), Istana Anak, Museum Keprajuritan, Museum Pusaka, Museum Serangga, serta beberapa rumah adat daerah.

Menurut sejarahnya, TMII ini diresmikan pada tanggal 20 April 1975 oleh Presiden Suharto. Sudah lama juga ya. Diriku saja masih lama lahirnya. Tahun ini usia TMII ini sudah 37 tahun. Wuoww….udah cukup tuiiiiir. Jadi, apa tambah bagus atau tambah minus penampakan TMII saat ini? Ndak tau juga, aku kan baru 3x liat TMII dalam masa 8 tahun terakhir ini. Namun yang pasti, setelah 3x berkunjung, maka pada kunjungan yang ketiga ini aku merasa dan melihat beberapa tempat mulai kurang sedap dipandang. Besi-besi yang berkarat, kayu-kayu usang, rumput dan tanaman liar yang sembarangan tumbuh, serta sampah bekas makanan yang tercecer di beberapa tempat. Soal sampah itu mungkin ulah oknum pengunjung yang gemar buang sampah sembarangan. Padahal ada banyak tong sampah yang tersedia. Atau, mungkin pula memang petugas kebersihannya keteter membersihkan area seluas TMII. Mungkin….

Rumah Adat
Kemarin, beberapa rumah adat sedang dalam tahap renovasi seperti rumah adat Kalimantan Timur. Sebagian lainnya sedang dalam pengerjaan pembangunan baru. Yang terjadi tentu saja terganggunya kenyamanan pengunjung. Yang mempesona dan bikin takjub adalah rumah-rumah adat Sumatera. Dari Batak, Aceh, Padang, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Palembang, semuanya kereeeeeen. Bangga euy jadi orang Sumatera. Udah gitu, kondisinya bersih-bersih. Pekarangannya rapi. Eh tapi bukan berarti rumah adat daerah lain ga menawan ya, hanya saja, rumah adat Sumatera itu kan rata-rata besaaar, luaaaas, menjulang, dan full ukiran juga warna. Makanya aku terkesan. Tapiiii….yang aku foto justru rumah adat Sualwesi! 


Rumah Adat Sulawesi Utara

Istana Anak
Berhubung sewaktu kecil belum pernah melihat Istana Anak, maka dalam kesempatan kali ini akulah yang mengajak anakku melihat Istana Anak yang bak istana di negeri dongeng itu. Warna merah maroonnya, aneka pameran boneka di dalamnya, serta play ground alias tempat main anak-anak yang ada dibelakangnya, kususuri satu persatu bersama anakku. Anakku riang gembira, apalagi saat memasukkan tangannya ke hidung patung raksasa di samping istana. Dah mirip ngupil hihi. Oh iya, disini ada kincir angin, pesawat capung, roda tamasya, dan giring ombak. Anakku main kincir angin. Ada juga arena mandi bola. Tapi aku khawatir dengan kebersihannya. Outdoor sih ya, jadi rada takut ga dibersihkan dengan antiseptik. Jadi ga kuijinkan anakku main disitu. Maaf ya TMII, kalo untuk mandi bola, di mall lebih banyak dan lebih bagus :D
Istana Anak

Rumah Adat Papua 
Rumah adat yang kusambangi hanya rumah adat Papua. Ketertarikanku pada Papua membuatku turun dari mobil lalu melihat dari dekat rumah adat tersebut. Saat itu ada 1 bangunan khas Papua yang sedang dalam pengerjaan. Sebuah bangunan permanent dari beton dengan atap yang mengerucut. Entah apa namanya. Tak ada petugas yang bisa kutanyai. Adanya kuli bangun. Akhirnya yang kulakukan cuma begaya-gaya di kompleks rumah adat Papua. Kompleks? Iya, soalnya ga cuma rumah, tapi ada beberapa bangunan adat Papua lainnya yang fungsinya beda-beda.
Rumah Adat Papua

WISATA
Nah, dikesempatan kali ini aku berniat ingin berwisata musium. Pilihanku jatuh pada Musium Air tawar, Musium Keprajuritan, Musium Pusaka, dan Musium Transportasi. Setelah berkunjung ke empat musium itu, Musium Transportasilah yang menjadi favoritku. Musium ini membuatku jadi tahu sejarah transportasi di Indonesia baik itu darat, air, maupun udara. Mulai dari armada Damri pertama, taksi Blue Bird/Silver Bird pertama, kereta Presiden RI pertama, pesawat garuda pertama, dan helikopter SAR. Masih banyak lagi ragam transportasi lainnya dan aku ga hafal satu persatu. Tak pula kulihat semuanya, apalagi di ruang atas, udah pegal kaki ini rasanya. Oh iya, kawasan musium ini keren, bersih, dan terawat. Selama berada di dalamnya aku merasa nyaman. Benar-benar tenang. Tiketnya murah banget! Cuma Rp 2000,-
Musium Transportasi

Musium Air Tawar
Musium Air Tawar kembali membuatku takjub. Walaupun ini adalah yang kedua kalinya, namun aku tetap saja  ingin menyaksikan ikan-ikan yang dipamerkan disana dengan seksama. Mulai dari yang paling kecil, sampe yang paling besar, wuuuuuuh….rasanya badanku ini pun kalah besar ama ikan yang disana. Tuh, ikan Giant Arapaima, bikin ngeri. Ngeliatnya saja dah bikin mikir yang enggak-enggak, kayak bakal ditelen bulat-bulat hihihi. Tapi yang jelas, aku kagum banget akan kekayaan alam di Indonesia yang mempunyai buanyaaaak banget jenis ikan.
Musium Air Tawar


Musium Serangga
Di Musium Serangga, aku dibuat terpesona oleh aneka ragam serangga asli yang telah diawetkan. Kumbang, Belalang Kupu-kupu, hingga Tomcat. Serangga-serangga itu dipajang dalam bingkai-bingkai yang ditata rapi dan apik di seluruh ruang musium. Oh iya, ternyataaaaa…..tiap pulau di Indonesia memiliki jenis kupu-kupu yang berbeda-beda. Bahkan, untuk Kumbang Badak, tiap daerah bisa memiliki nama yang sama tapi dengan bentuk kumbang yang berbeda-beda.  
 Musium Serangga

Nah, terakhir setelah keluar dari ruang musium kami masuk ke taman kupu-kupu lewat pintu samping yang memang diarahkan ke taman tersebut. Diantara gerimis kecil, kami berjalan di taman serangga yang dikurung dengan semacam jala supaya kupu-kupunya tidak kabur. Iiiih….indah. Walau tamannya kecil tapi asri. Kupu-kupunya banyak. Berterbangan diantara bunga-bunga. Bahkan ada yang mendekati. Tapi ga boleh ditangkap lho ya. Di pintu keluar musium kupu-kupu, ada beragam souvenir serangga. Dan kukira anakku akan membeli bros atau gantungan kunci kupu-kupu asli yang diawetkan, atau bingkai foto berhias kupu-kupu, atau Jam dinding dengan hiasan serangga….tapi ternyata yang dipilihnya adalah mainan Kincir Angin dari kertas! Waksss!


Teater 4 Dimensi
Selanjutnya, masih ditengah hujan deras yang mengguyur Jakarta, khususnya kawasan TMII, kami gempor mencari parkiran di Teater 4 Dimensi! Wuadooooh cuaca ga bersahabat banget sih. Dengan badan yang hampir basah kuyup, aku menjadi pengunjung terakhir yang membeli tiket. Rupanya, teaternya fullllll. Ruame banget. Eh bagusnya nih, yang basah ga cuma kami, tapi yang lain juga pada basah. Asyiiik…ga sendirian menggigil di ruang teater yang dingin, dengan efek air dan embun yang makin bikin dingin. Kurasa sekeluar dari teater 4 D ini, semua penonton akan dilanda demam massal hehehe…. Tiket Teater 4 D Rp 20.000/orang

Musium Keprajuritan
Nah, menjelang petang, saat matahari kian turun dari peraduannya, kami menuju Musium Keprajuritan. Beuuuuh….pagarnya udah ditutup, untungnya belum digembok. Kami nekat masuk. Sesaat setelah kami masuk, petugas pun mengunci pagarnya. Berarti kami pengunjung terakhir yang masuk dengan kenekatan rada super.
Musium Keprajuritan

Aku memaksa masuk karena musium ini cukup elok viewnya. Di pintu masuk langsung disambut danau. Kirain kami mesti berenang tuk masuk tuh musium, rupanya ada jalan disebelah kiri yang bisa dilalui sambil melewati dua kapal besar. Wow. Kapal!!!! Ingatan ini langsung melayang ke Titanic. Melihat ujung kepala kapal yang mencuat itu, jadi inget Jack sewaktu berduaan dengan Rose sambil menentang angin dengan dua tangan dibentangkan wkwkwkwk.

Bangunan Musium Keprajuritan itu keren lho. Berdiri gagah bak sebuah benteng. Arsitekturnya yang ga macem-macem dengan puncaknya yang dibuat bergerigi seperti mainan leggonya anakku, bikin aku teringat bangunan sejarah di Romawi. Walah, kayak udah pernah ke Romawi ajeeee. Melet deh semua. Eh tapi swear…Musium Keprajuritan ini memang gagah nian. Sayangnya camdigku kehabisan batre, sehingga aku memotretnya dengan kamera HP jadulku yang kualitasnya super jelek.

Tiket masuk musium hanya Rp 2500. Didalam musium aku bukannya berkeliling, malah numpang ngecas batre kamera haha. Waktu itu sebenernya aku sudah tepar. Kaki ini terasa sangat pegal. Melihat ruang dalam musium yang luas, aku udah merasa capek duluan. Makanya kuputuskan untuk tak keliling melainkan terduduk disalah satu ruang. Petugas dengan baik hati mempersilahkan aku ngecas. Alhamdulillah. Walau Cuma sebentar, tapi cukup untuk mengambil gambar musium dengan kamera. Termasuk dua kapal yang terdampar di atas danau yang berada di depan musium. Bahkan, aku mendapatkan kesempatan bagus memotret sunset di balik kapal, dengan balon udara yang melayang di atasnya.
Petang di kawasan Musium Keprajuritan

Musium Keprajuritan menjadi akhir wisataku di TMII kali ini. Seharian. Ya, seharian. Cukup banyak yang kutahu dan rasanya lebih puas ketimbang dua kunjungan sebelumnya. Semoga dilain waktu bisa kembali melihat musium-musium lainnya, terutama Musium Iptek dan Musium Komodo.

Untuk mengisi waktu libur, berkunjung ke TMII bisa menjadi pilihan. Selain letaknya mudah dijangkau, tiket masuk tempat wisatanya murah-murah. Berikut harga tiket wisata yang kemarin ku bayar:

-         Tiket masuk di gerbang utama Rp 9000/orang
-         Tiket masuk untuk mobil Rp 10.000/mobil
-         Musium Keprajuritan Rp 2000/orang
-   Permainan Kincir Angin, Pesawat Capung, Roda Tamasya, Giring Ombak, masing-masing Rp 5000/sekali main
-         Musium Ikan Air tawar Rp 15.000/orang
-         Teater 4 D Rp 20.000/orang
-         Musium Transportasi Rp 2000/orang
-         Istana Anak Rp 5000/orang

Tiket-tiket

Nah, sekian dulu cerita tentang wisata ke TMII kali ini. Nanti berlanjut lagi dengan cerita dan gambar untuk masing-masing tempat wisata. Yang kusajikan disini baru luarnya saja. Dalemnya entar-entar ya. Ngumpulin tenaga dan ide dulu :D Terima kasih telah berkunjung.

Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
 Alamat : Jl. Raya Taman Mini Pintu 1
No. Telp : (021) 840-1687
No. Fax : (021) 841-1464

Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

6 komentar

  1. ih..saya lbh katrok loh teh, belum pernah...hihi..
    dedenya kok ga dipoto jg?:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini udah 3x tapi belum semua terjamahi teh. Kebetulan sedang ada waktu saja, dan tak terlalu jauh. Mudah pula menjangkaunya karena dari tempat tinggal langsung masuk tol keluar tol :)

      Ada banyak foto anakku teh, tapi cukup kujadikan file pribadi dan disimpan untuk keluarga. Tulisan ini juga memang lebih general, tidak fokus ke aktifitas anakku. Blog ini juga bukan untuk menyajikan cerita tentang anak dan keluarga, hanya diceritakan seperlunya saja dalam tulisan.

      Mohon maaf kalau tidak sesuai keinginan :)

      Hapus
  2. pas hamil Raihan nih ke TMII, hehehe

    Oh ya Kak Rien, ada info lomba nih
    kayaknya cocok buat Kak Rien
    tulisan yang ini jg masuk kategori ;)
    http://microsite.viva.co.id/enjoyjakarta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suatu hari kalau ke TMII lagi, Raihan bisa ikut serta dan main ya An. Naik kereta gantung pasti suka :)

      Oh iya An...terima kasih banyak ya. Langsung ke TKP skrg juga :D

      Hapus
  3. Balasan
    1. Iya teh :)
      Sama seperti postingan teteh, biasanya dalam pengantar sebelum resep dan cara membuat, kadang diselingi cerita ttg daddy Kirey, ttg Kirey, juga baby Aiko. Tapi jarang sekali kan menampilkan foto ketiganya? Bahkan hampir ga pernah :)
      Nah begitu maksud ku

      Hapus

Leave your message here, I will reply it soon!