Di Danau Singkarak, berandai-andai menjadi bidadari



Rabu 05 September 2012


Setelah berbelanja oleh-oleh aneka makanan khas Minang di Niken, Bukittinggi, kemudian berkunjung ke desa wisata Pande Sikek, selanjutnya tujuanku adalah Danau Singkarak. Hampir 40km jarak yang ditempuh dari Bukittinggi menuju danau ini. Sebuah jarak yang terasa amat dekat karena setiap jengkal tanah yang dilalui untuk mencapai tempat ini tidak pernah putus menyajikan keelokan alam Ranah Minang. Panorama alam berupa bukit-bukit hijau yang seolah sambung menyambung, Gunung Singgalang, Gunung Merapi, sawah-sawah yang tersusun bertingkat-tingkat, serta lembah-lembah yang dalam dan masih alami nampak begitu menawan dalam pandangan mata.

Danau Singkarak merupakan danau terluas kedua di pulau Sumatera. Luasnya 107,8 km². Membentang di dua kabupaten di provinsi Sumatera Barat yaitu kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin namun sebahagian air danau dialirkan melalui terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, kabupaten Padang Pariaman. Danau Singkarak berada pada letak geografis koordinat 0, 36 derajat Lintang Selatan (LS) dan 100,3 Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 363,5 meter diatas permukaan laut (mdpl). Luas permukaan air Danau Singkarak mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum 20 kilometer dan lebar 6,5 kilometer dan kedalaman 268 meter. Danau ini memiliki daerah aliran air sepanjang 1.076 kilometer dengan curah hujan 82 hingga 252 melimeter per bulan. Dibanding dengan danau Maninjau, danau Singkarak jelas lebih luas dan panjang.*Informasi detail ini bersumber dari : Wikipedia

Jalan yang kami lalui berada tepat di tepi danau, memungkinkan siapa saja yang melalui jalan ini dapat menikmati pemandangan danau yang indah. Di sekelilingnya, bukit-bukit tinggi bak tembok raksasa memagari danau beserta isinya. Jika dilihat dari atas bukit, bagai bentuk sebuah kawah. Di lereng-lerengnya, terdapat rumah-rumah penduduk. Bukit-bukit tak semuanya menghijau karena pepohonan besar namun ada juga yang tiada berpohon tetapi menghijau oleh rerumputan. Bukit savana namanya.Bak permadani.

Jalan raya berada tepat disisi tepi danau, dan di tepi danau itu banyak berdiri bangunan untuk usaha seperti rumah makan, warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman, dan juga toko souvenir. Bangunan tempat usaha itu menempati sebagian danau dan daratan. Bagian belakang bangunan menjorok ke danau, bagian bawahnya ditopang oleh tiang yang tertanam didalam air danau. Sedang bagian depan bangunan berada di daratan dan menghadap ke jalan raya.

Diseberang bangunan usaha yang berada di tep danau itu, terdapat sebuah rel kereta yang membentang panjang hingga jauh. Rel tua yang bukan dilewati oleh kereta penumpang, tetapi barang. Panjang, melewati danau, lembah, dan bebukitan.

Ikan bilis/bilih banyak terdapat di danau ini. Karena itulah banyak sekali dijual ikan bilis goreng yang sudah dikemas dengan berbagai nama. Harganya Rp 20.000 untuk 1/2kg ikan bilis goreng dalam kemasan. Ada banyak rumah makan ditempat ini tapi tidak banyak penginapan yang bisa dijumpai. Hanya ada satu atau dua motel kecil, juga home stay bagi yang ingin bermalam di tepi danau. Tidak ada tempat khusus bagi yang ingin romantis-romantisan di tepi danau. Tapi ada satu tempat yang asyik untuk bermain air sekedar berbasah ria, duduk-duduk di atas batu-batu sebesar sapi dewasa, atau bahkan foto-foto bagi yang suka bergaya-gaya tralala seperti saya hehe

Percayalah, danau ini sangat indah. Saya memberikan dua jempol untuk danau ini. Airnya yang jernih dan berwarna biru membuat saya begitu terpesona. Tempat ini tidak sepi, tidak sunyi, namun begitu tenang, damai, dan terasa begitu tentram. Indah. Sungguh indah. Saya kehilangan kata-kata untuk melukiskannya dengan baik.

Foto-foto berikut ini di ambil dengan Canon Ixus 200 IS:






















Seorang istri. Ibu dari dua anak remaja. Tinggal di BSD City. Gemar jalan-jalan, memotret, dan menulis.

Share this

Previous
Next Post »

8 komentar

  1. Masya Allah, merinding aku liat indahnya ciptaan Allah itu...
    ---------

    ayuk rien jalan2 terusssss :p

    BalasHapus
  2. Enaknya Wi kalo bisa punya rumah di tepi danau....segar selalu rasanya ya.

    Ai...lagi begawe ini nih Wi, sambil jalan-jalan caknyo tu :D

    BalasHapus
  3. Indah sekali danau dan pemandangan di sekitarnya. Dan terlihat sepi. Apakah memang tak banyak wisatawan datang kemari?

    ira
    www.keluargapelancong.net

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saat itu, yang saya saksikan memang sepi wisatawan mbak. Apa mungkin karena hari itu bukan hari libur ya mbak?
      Saya menyusuri tepiannya sepanjang 4 km, namun tiada terlihat wisatawan lain selain saya. Eh tapi bisa saja wisatawannya sedang berada di rumah-rumah makan, karena saat itu memang sedang jam makan siang :)
      Kebanyakan orang-orang yang saya temui adalah penduduk setempat.

      Mbak Ira, terima kasih banyak telah berkunjung ke blog ku. Senang rasanya kedatangan tamu dari jauh :D

      Hapus
    2. Subhanallah bagus sekali blog, tulisan dan foto-fotonya mba Rien :)
      maaf baru bisa mampir...
      saya bingung nyari blognya :P
      maklum masih amatiran...hehehee

      Hapus
    3. Salam kenal mbak Mukti. Terima kasih telah berkunjung :)
      hehesama, saya juga sebenernya masih amatiran.
      Sama2 belajar yuuuk :D

      Hapus
  4. Waaaa indaaaaah
    Eh itu sapa ya yg pke rok kuning,
    Dr hp g keliatan
    *alesan*

    BalasHapus

Leave your message here, I will reply it soon!